REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Cina mungkin telah memberikan jalan bagi Presiden Xi Jinping untuk secara efektif berkuasa seumur hidup. Namun jalan itu bukan berarti selalu mulus tanpa ada penentangan.
Dalam beberapa hari ini, poster anti-Xi yang ditulis dalam bahasa Cina dan Inggris telah muncul di beberapa universitas di negara-negara Barat. Poster ini bertuliskan "Xi bukan presiden saya" dan "Saya tidak setuju".
Kongres Nasional Rakyat Cina telah mengesahkan sejumlah amandemen konstitusional pada Ahad (11/3). sSalah satunya menghapus batas periode kepresidenan. Kritik terhadap keputusan Cina ini telah banyak dibungkam di dalam negeri.
Poster-poster anti-Xi mulai muncul di beberapa kampus di Amerika Serikat (AS) sejak pekan lalu. Poster-poster ini kemudian dilaporkan juga muncul di sejumlah kampus di negara-negara lain termasuk Inggris, Prancis, Belanda, Australia, dan Kanada.
Baca juga, Parlemen Muluskan Jalan Xi-jinping Memerintah Seumur Hidup.
Akun Twitter @StopXiJinping telah memasang tautan gambar poster anti-Xi untuk bisa diunduh. Akun ini mendorong orang lain untuk bergabung dengan kampanye mereka agar menentang kekuasaan seumur hidup Xi.
Seseorang yang mengoperasikan akun tersebut mengatakan kepada BBC, kampanye ini dijalankan oleh mahasiswa dan lulusan asal Cina yang tinggal di luar negeri. Orang yang berbicara secara anonim itu tidak memberikan rincian lebih lanjut.
"Kami berbicara karena kami benar-benar percaya warga Cina, di dalam atau di luar negeri memiliki hak untuk mengungkapkan pendapat yang bebas dari rasa takut," ujar akun tersebut pada Jumat (9/3).
Di Australia, poster-poster anti-Xi juga muncul di sejumlah universitas. Wu Lebao, seorang mahasiswa Universitas Nasional Australia, mengatakan dia telah memasang poster itu untuk meningkatkan kesadaran di antara teman-temannya sesama warga negara Cina.
"Dengan memasang poster tersebut, saya ingin memberi pesan kepada mereka bahwa saat ini sedang ada perubahan signifikan yang tengah terjadi di Cina. Xi telah tampil sebagai diktator selama bertahun-tahun sejak dia berkuasa, tapi langkah ini akan memberinya kekuasaan yang mutlak," ujar Wu.
Namun ada juga beberapa siswa asal Cina yang tidak mengetahui tentang kampanye tersebut saat ditanya oleh BBC.
Seorang mahasiswa Cina di University of Sydney mengatakan teman-temannya memiliki berbagai pandangan mengenai perubahan konstitusional di negaranya. "Ini jelas topik yang hangat, tapi kebanyakan dari kami hanya bercanda. Kami tidak terlalu peduli," kata seorang mahasiswa yang tidak disebutkan namanya.
Cina sangat menyensor media sosial di dalam negeri dan hanya sedikit mentolerir perbedaan pendapat politik. Warga yang menentang kebijakan pemerintah secara terang-terangan akan ditangkap polisi.
Dr David Brophy, dosen sejarah Cina di University of Sydney, mengatakan dia terkejut melihat adanya perbedaan pendapat dari mahaiswa di luar negeri. "Bagi siapa saja yang berencana untuk kembali ke Cina di masa depan, mereka akan menanggung risiko karena telah bersikap aktif secara politis," kata Dr Brophy.
n Fira Nursya'bani