REPUBLIKA.CO.ID, KATHMANDU -- Pesawat penumpang dari Bangladesh yang membawa 71 penumpang dan awak pesawat jatuh pada Senin (12/3) saat mendarat di bandara di ibu kota Nepal, Kathmandu. Menurut beberapa pejabat, jumlah korban tewas meningkat menjadi 50 orang.
Pesawat yang dioperasikan oleh US-Bangla Airlines itu sedang dalam penerbangan dari Dhaka. Namun sebelum berhasil mendarat dengan sempurna, pesawat itu menabrak pagar bandara dan terbakar. General Manager bandara Raj Kumar Chettri mengatakan bandara tersebut berpotongan dengan bukit sehingga rawan terhadap serangan burung dan bahaya lainnya.
"Kami telah menemukan 50 jenazah sejauh ini. Beberapa orang diselamatkan dari puing-puing pesawat seri Bombardier Q400, namun sembilan orang masih belum ditemukan," kata juru bicara militer Gokul Bhandari.
Pesawat itu terbakar dan terjatuh di lapangan dekat Bandara Internasional Tribhuvan. Asap tebal keluar dari dari pesawat tersebut. Saksi mata menjelaskan bahwa mereka melihat banyak mayat terbaring di aspal dengan ditutupi kain. Foto-foto yang beredar menunjukkan api telah padam, dengan personel tentara dan petugas penyelamat masih berada di tempat kejadian.
Sebuah situs pelacak Flightradar24.com menunjukkan pesawat yang sudah berusia 17 tahun itut urun ke ketinggian bandara 4.400 kaki dan kemudian naik hingga 6.600 kaki sebelum menabrak, sekitar dua menit kemudian.
Gunung Nepal memang memiliki catatan keselamatan udara yang buruk. Pesawat kecil yang mengoperasikan jaringan domestik sering mengalami masalah di lapangan terbang terpencil. Sebuah penerbangan yang dioperasikan Thai Airways dari Bangkok jatuh saat mencoba mendarat di Kathmandu pada 1992 dan membunuh semua orang yang ada di pesawat.
US-Bangla Airlines adalah unit dari US-Bangla Group, perusahaan bersama Bangladesh dan Amerika Serikat. Maskapai penerbangan Bangladesh tersebut beroperasi pada Juli 2014 dan mengoperasikan pesawat Bombardier dan Boeing.