REPUBLIKA.CO.ID, AFRIN -- Warga sipil Suriah membentuk perisai manusia dalam upaya melindungi kota tempat tinggal mereka, Afrin. Hal ini dilakukan saat militer Turki dan pasukan sekutu semakin mendekat ke pusat kota yang dikuasai Kurdi itu.
Turki meluncurkan operasi militer lintas perbatasan ke Afrin pada 20 Januari lalu untuk melenyapkan milisi Kurdi yang tergabung dalam People's Protection Units (YPG). Kelompok ini telah menjadi sekutu Amerika Serikat (AS) dalam melawan ISIS, tetapi Turki menyebutnya sebagai kelompok teroris.
Setelah pertempuran terjadi selama berminggu-minggu di kota itu, pasukan Turki dan Free Syrian Army (FSA) yang menjadi sekutunya, kini berada di pinggiran kota dan siap untuk masuk. Sebelumnya sejumlah desa berhasil direbut dari YPG pada Ahad (11/3) oleh militer Turki dan sekutunya di wilayah utara dan selatan.
"Kecepatan operasi militer ini mengejutkan semua orang," kata Alan Fisher, kontributor Aljazirah yang melaporkan langsung dari kota perbatasan Gaziantep.
Dia menambahkan, pendukung Kurdi di Turki juga berencana untuk datang ke Afrin dan bertindak sebagai perisai manusia dalam upaya untuk mencegah serangan habis-habisan terhadap kota tersebut. "Ada warga sipil yang mengatakan mereka ingin membantu YPG melawan FSA dan Turki, oleh karena itu mereka menawarkan diri sebagai perisai manusia, yang kemudian diterima oleh YPG," jelasnya.
"Dan bukan hanya orang-orang dari daerah Kurdi yang pergi ke sana. Kami mendengar ada laporan dari kelompok perempuan bahwa kelompok sosialis juga menawarkan diri untuk menjadi perisai di antara FSA, Turki, dan YPG," katanya.
Tentara Turki mempersiapkan tank di pinggiran desa Sugedigi, Turki yang berbatasan dengan Suriah, 22 Januari 2018. AS menekan Turki menghentikan operasi di Afrin.
Menurutnya, apa yang ingin disampaikan warga sipil terkait aksi perisai manusia ini adalah mereka ingin pasukan Turki dan FSA mempertimbangkan masalah kemanusiaan. Selama 48 jam terakhir, Kota Afrin telah mendapatkan serangan udara dari pasukan Turki, hingga aliran air dan internet terputus.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Sabtu (10/3), mengatakan pasukannya akan berada di dalam Afrin dalam hitungan hari. Namun karena alasan kemanusiaan, mereka mengambil waktu untuk merancang pencegahan kematian warga sipil.
Erdogan mengatakan tentara Turki dan sekutu saat ini berjarak hanya empat sampai lima kilometer dari pusat kota Afrin. Ia mengungkapkan, wilayah seluas 950 Km persegi di Afrin telah berhasil dikuasai.
"Operasi ini bukan untuk 'menduduki' tapi 'membebaskan' lalu menyerahkannya kepada warga. Di sejumlah wilayah Afrin, pemilik tanah sudah mulai kembali," kata Erdogan.
Erdogan juga mengecam NATO dan menuduh aliansi militer Barat itu telah gagal mendukung operasi militer Turki. "Hei NATO, dengan apa yang telah terjadi di Suriah, kapan Anda akan datang dan berada di samping kami?" kata Erdogan di Istanbul.
Dalam sebuah pernyataan dihadapan Dewan Keamanan PBB pada Ahad (11/3), dewan Kurdi yang memerintah Afrin telah menuntut adanya tanggapan terhadap serangan Turki. Dewan Kurdi meminta Dewan Keamanan PBB untuk membangun zona larangan terbang di atas Afrin.
"Masyarakat internasional harus mendukung perlawanan orang-orang Afrin dan menghentikan serangan invasif ini," kata dewan tersebut.