Selasa 13 Mar 2018 19:31 WIB

Menhan AS Mendadak Kunjungi Afghanistan

AS mendorong rekonsiliasi Taliban dengan pemerintah Afghanistan.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Menteri Pertahanan AS Jim Mattis.
Foto: AP Photo/Virginia Mayo
Menteri Pertahanan AS Jim Mattis.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Menteri Pertahanan AS Jim Mattis tiba di ibu kota Kabul, Afghanistan, Selasa (13/3), dalam sebuah kunjungan mendadak untuk membahas masalah Taliban. Ia mengatakan kemenangan di Afghanistan masih mungkin terjadi, tetapi tidak harus di medan perang, melainkan dengan memfasilitasi rekonsiliasi antara Taliban dengan pemerintah Afghanistan.

Karena isu keamanan yang sangat sensitif, wartawan yang bepergian dengan Mattis dilarang mempublikasi berita apapun sampai ia pindah dari bandara Kabul ke markas koalisi militer pimpinan AS. Dalam kunjungan ini, Mattis melakukan pertemuan dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dan komandan tertinggi AS.

"Kami memprediksi kemenangan di Afghanistan. Bukan kemenangan militer, tetapi kemenangan rekonsiliasi politik dengan Taliban, yang telah menghadapi jalan buntu dalam beberapa tahun terakhir dan Taliban tidak menunjukkan ketertarikan untuk menyerah pada pemerintahan di Kabul," ujar Mattis.

Mattis adalah seorang Jenderal Marinir yang memimpin pasukan AS di Afghanistan selatan saat pembukaan perang pada 2001. Ia mengatakan, rekonsiliasi dengan Taliban secara massal mungkin akan sulit dilakukan.

Ia menekankan pendekatan dengan kelompok-kelompok kecil Taliban. Mattis menggambarkan pendekatan ini sebagai upaya untuk menarik orang-orang yang sudah bosan berperang, setelah lebih dari 16 tahun. "Kami tahu ada kepentingan di sisi Taliban," katanya.

Menurutnya, kemenangan di Afghanistan harus ditunjukkan dengan penyelesaian politik antara Taliban dan pemerintah. Militer Afghanistan juga harus mampu mengamankan negaranya sendiri.

Presiden Ghani membuka pertemuannya dengan Mattis di Istana Kepresidenan dengan mengungkapkan penghargaan atas pengorbanan militer AS selama bertahun-tahun. Ia juga memuji strategi perang baru AS yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump pada Agustus yang lalu.

Strategi tersebut memungkinkan pemerintahannya untuk memberikan tawaran perdamaian tanpa syarat kepada Taliban. Dia menambahkan, pemerintahannya juga akan mendekati Pakistan dengan menawarkan sebuah dialog komprehensif.

Kunjungan ini merupakan kunjungan kedua Mattis ke Afghanistan sejak Trump menyatakan pemerintahannya akan melakukan pendekatan yang lebih agresif terhadap konflik tersebut. Hal ini dilakukan meski ia tengah mempertimbangkan untuk menarik pasukan AS keluar dari Afghanistan.

Sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kekuatan di Afghanistan, AS dalam beberapa pekan terakhir telah mengirim sekelompok tentara yang terdiri dari sekitar 800 personel. AS juga menggeser pesawat tempur A-10 dan pesawat lainnya dari Suriah dan Irak ke Afghanistan. Jumlah pasukan AS di Afghanistan telah bertambah sekitar 3.500 menjadi total lebih dari 14 ribu tentara.

Mattis mengatakan tujuan AS adalah untuk memungkinkan pasukan Afghanistan melemahkan Taliban dan dapat mengatur keamanan mereka sendiri. Dengan kata lain, tujuannya adalah untuk meyakinkan militan bahwa mereka tidak akan menang di medan perang, sehingga mereka akan terdorong untuk berdamai dengan pemerintah Afghanistan.

Pada akhir Februari ini, Ghani telah meminta Taliban untuk ikut mengambil bagian dalam perundingan damai guna menyelamatkan negara. Ghani bahkan menawarkan keamanan dan insentif seperti paspor kepada militan yang bersedia bergabung dalam perundingan.

Baca juga: Taliban Tertarik Berunding dengan Pemerintah Afghanistan

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement