REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepolisian di Beijing, Cina, menguji kacamata pintar baru yang diaktifkan dengan teknologi pengenalan wajah. Teknologi yang tengah digunakan di sebuah pos pemeriksaan jalan raya di pinggiran kota ini mampu mengidentifikasi individu.
Selain itu, perangkat juga bisa mencocokkan mereka dengan daftar pencarian orang yang dimiliki polisi. Dilansir dari Digital Trends, Rabu (14/3), kacamata juga ditandai dengan tanda peringatan.
Tanda ini akan memberi tahu petugas polisi apabila ada individu yang masuk dalam database.Perangkat ini juga meminta polisi untuk melakukan tindak lanjut.
Kacamata menggunakan teknologi augmented reality yang dikembangkan startup LLVision. Uji coba ini dilakukan bertepatan dengan pertemuan tahunan parlemen Cina di Beijing. Di luar itu, uji coba merupakan bagian dari dorongan pemimpin di Cina untuk menggunakan teknologi cerdas guna meningkatkan keamanan.
Presiden Xi Jinping sangat antusias untuk menggunakan kecerdasan buatan, pengenalan wajah dan integrasi dengan database polisi ini. Tapi, disisi lain, tidak sedikit pihak menentang teknologi ini karena dianggap bertentangan dengan kepentingan Partai Komunis yang berkuasa.
Terlepas dari pertentangan itu, direktur eksekutif LLVIsion, WuFei, memastikan bahwa tidak yang patut dicemaskan dari teknologi ini. "Saya percaya, pemerintah dan pihak berwenang di Cina hanya menggunakan teknologi untuk kepentingan mulia," ujarnya.