REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Pemerintah Thailand tengah berjuang untuk mengekang penyebaran virus rabies. Virus tersebut diketahui telah terdeteksi di 40 provinsi termasuk Ibu Kota Bangkok dan Chiang Rai yang merupakan tujuan wisata populer di negara tersebut.
Departemen Pengembangan Peternakan setempat (DLD) mencatat sekitar 400 kasus rabies terjadi di Thailand sejak awal tahun ini. Angka itu meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun lalu dalam periode waktu yang sama.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, vaksinsai merupakan jalan paling ampuh untuk mencegah penyebaran virus tersebut. DLD mengklaim hingga saat ini wabah yang terjadi masih dapat diatasi. Pemerintah berambisi untuk memvaksisnasi 10 juta anjing dan kucing hingga September tahun ini.
Baca juga, Ternyata CIA Memiliki Penjara Rahasia di Thailand
DLD mengatakan, target itu akan membuat 80 persen anjing dan kucing yang berada di negara tersebut akan terimunisasi. DLD melanjutkan, hingga saat ini pemerintah masih memiliki jumlah vaksin yang mecukupi.
"Thailand memiliki misi untuk mengentaskan penyebaran Rabies pada 2020," kata Direktur Jendral DLD Apai Sutti seperti diwartakan BBC, Kamis (15/3)
DLD mengatakan, penyebaran virus rabies paling banyak ditularkan melalui anjing, diikuti sapi dan kucing. DLD menyalahkan peningkatan wabah rabies kepada para pemilik hewan peliharaan. Otoritas tersebut mengatakan, pemilik saat ini enggan untuk melakukan vaksinsai terhadap hewan peliharaan mereka.
Padahal berdasarkan regulasi yang berlaku, pemilik yang tidak melakukan vaksinasi terhadap hewan peliharaan mereka terancam denda sekitar 4,60 hingga 6,40 dolar Amerika. Meski demikian, pemilik hewan berdalih ketidaktersediaan vaksin menjadi asalan mereka belum memberikan suntikan tersebut.
Sementara, paparan virus rabies dari hewan terinveksi dinilai sangat mematikan. Wabah yang terjadi di Thailand sejauh ini telah merenggut tiga nyawa. Namun, belum ada keterangan lebih lanjut terkait indentitas lengkap korban.