REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Sedikitnya 11 pencari suaka dirawat setelah bentrokan dengan polisi. Bentrokan terjadi di sebuah kamp pulau Lesbos, Yunani.
Kelompok bantuan Medecins Sans Frontieres (MSF) mengatakan sekitar 200 wanita dan anak-anak telah dievakuasi ke sebuah gudang di dekat lokasi bentrokan.
" Tim kami merawat sebelas orang, di antaranya bayi kecil dan wanita hamil setelah terjadi bentrokan antara pengungsi dan Polisi Yunani. 200 wanita dan anak-anak dievakuasi ke sebuah gudang di dekatnya.Situasinya lebih tenang, tapi #Moria terus menjadi tempat yang mengerikan," tulis MSF di twitter.
Lebih dari 5.000 pencari suaka tinggal di kamp pengungsi Moria. Jumlah ini hampir dua kali lipat dari kapasitas normal.
Sebuah situs berita lokal mengatakan kekerasan tersebut dipicu oleh percobaan bunuh diri seorang pria Suriah di kamp tersebut. Polisi lalu menggunakan gas air mata untuk membubarkan kerumunan.
Seorang petugas polisi mengkonfirmasi kepada Reuters bahwa polisi anti huru hara harus melakukan intervensi. Namun ia tidak berkomentar mengenai penggunaan gas air mata.
Lesbos adalah pintu gerbang ke Eropa untuk hampir satu juta pengungsi dan migranpada 2015. Kebanyakan dari mereka melarikan diri dari Suriah, Irak dan Afghanistan. Bulan ini menandai dua tahun sejak Uni Eropa dan Turki sepakat untuk membendung aliran migran tersebut.
Berdasarkan kesepakatan itu, siapapun yang tiba di pulau-pulau Yunani harus dikembalikan ke Turki. Kecuali mereka yang memenuhi syarat untuk mendapatkan suaka. Namun prosedur ini memakan waktu berbuan- bulan. Kelompok hak asasi manusia menggambarkan kondisi kehidupan di kamp pengungsian tidak sesuai untuk manusia, dilansir laman Reuters.