REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi mengatakan, setiap sanksi baru Eropa terhadap Iran akan memiliki efek langsung pada kesepakatan nuklir yang terjadi antara kekuatan dunia dan Iran.
"Jika beberapa negara Eropa mengikuti langkah-langkah menerapkan sanksi non-nuklir terhadap Iran untuk menyenangkan Presiden Amerika, mereka akan membuat kesalahan besar dan mereka akan melihat akibat langsung kesepakatan nuklir tersebut," kata Abbas Araqchi kepada media pemerintah, Sabtu (17/3).
Arachi menegaskan, lebih baik negara-negara Eropa melanjutkan tindakan mereka saat ini meyakinkan Amerika agar tetap menjalankan kesepakatan nuklir. Selain itu, agar negara tersebut dapat secara efektif melaksanakan kesepakatan di semua bagiannya dengan niat baik dan dalam suasana yang produktif.
Komentar Araqchi merupakan reaksi terhadap sebuah laporan Reuters bahwa Inggris, Prancis dan Jerman telah mengajukan sanksi Uni Eropa baru kepada Iran. Saksi terkait rudal balistik Iran dan perannya dalam perang Suriah.
Iran setuju membatasi program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sejumlah sanksi sebagai bagian dari kesepakatan tersebut. Pejabat senior Iran berulang kali mengatakan program rudal mereka tidak sesuai untuk negosiasi.
Proposal tersebut merupakan bagian dari strategi Uni Eropa menyelamatkan kesepakatan yang ditandatangani oleh kekuatan dunia yang mengekang kemampuan Iran mengembangkan senjata nuklir, yaitu dengan menunjukkan kepada Presiden AS Donald Trump bahwa ada cara lain untuk melawan kekuatan Iran di luar negeri.
Trump menyampaikan sebuah ultimatum kepada para penandatangan Eropa pada 12 Januari. Mereka mengatakan harus setuju memperbaiki kekurangan mengerikan dari kesepakatan nuklir Iran atau dia akan menolak memperpanjang sanksi AS terhadap Iran.
Sanksi AS akan dilanjutkan kecuali Trump mengeluarkan keringanan baru untuk menangguhkan mereka pada 12 Mei. Jika Amerika menarik diri dari kesepakatan tersebut maka kesepakatan nuklir akan selesai, kata Araqchi, menurut sebuah laporan yang diterbitkan Kantor Berita Mehr.
"Jika Amerika keluar dari kesepakatan dan sanksi sepihak kembali, kami pasti tidak akan melanjutkan kesepakatan karena tidak akan melayani kepentingan kami," kata Araqchi.