Ahad 18 Mar 2018 09:31 WIB

30 Riru Warga Mengungsi dari Ghouta Timur

Militer Suriah belum lama ini mengatakan telah merebut 70 persen wilayah Ghouta Timur

Bangunan yang hancur akibat pengeboman di Ghouta timur, pinggiran Damaskus, Suriah, Kamis (22/2).
Foto: Ghouta Media Center via AP
Bangunan yang hancur akibat pengeboman di Ghouta timur, pinggiran Damaskus, Suriah, Kamis (22/2).

REPUBLIKA.CO.ID,DAMASKUS -- Sebanyak 30 ribu warga sipil mengungsi dari daerah yang dikuasai gerilyawan di dekat Ibu Kota Suriah, Damaskus, demikian laporan kantor berita resmi Suriah, SANA. Pengungsian massal tersebut dilakukan melalui dua tempat penyeberangan, satu di Daerah Hamouriyeh dan satu lagi di dekat Instalasi Sumber Daya Air di Harasta di Ghouta Timur.

Pengungsian sedang berlangsung dan adalah yang paling akhir dari serangkaian pengungsian massal saat banyak warga telah menyelamatkan diri dari daerah yang dikuasai gerilyawan di Ghout Timur sejak kamis (15/3). Pada Sabtu pagi, Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia mengatakan 50 ribu warga sipil telah mengungsi dari Ghouta Timur selama 72 jam belakangan, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad pagi.

Proses semacam itu mungkin dilakukan karena kemajuan militer Suriah di dalam Ghouta Timur. Sementara banyak orang mengatakan milisi oposisi telah menghalangi mereka meninggalkan wilayah itu sebelumnya dan kemajuan militer membuka jalan buat mereka.

Militer Suriah belum lama ini mengatakan militer telah merebut 70 persen Ghouta Timur. Sebelumnnya militer Suriah memecah daerah itu menjadi dua bagian untuk memotong jalur logistik milisi oposisi di sana.

Ghouta Timur, wilayah pertanian seluas 105 kilometer persegi yang terdiri atas beberapa kota kecil dan lahan pertanian, menimbulkan ancaman terakhir buat ibu kota Suriah karena kedekatannya dengan permukiman yang dikuasai pemerintah di sebelah timur Damaskus. Sejumlah serangan mortir dilakukan milisi oposisi menyasar permukiman di ibu kota Suriah.

Empat kelompok utama gerilyawan saat ini berada di dalam Ghouta Timur, yaitu Tentara Islam, Failaq Ar-Rahman, Ahrar Ash-Sham, dan Komite Pembebasan Levant --yang dikenal dengan nama Front An-Nusra, yang memiliki hubungan dengan Alqaidah.

Lembaga kemanusiaan PBB telah menyuarakan kekhawatiran mengenai situasi kemanusiaan yang memburuk buat 400.000 orang di wilayah tersebut, tempat para pegiat mengatakan sebanyak 1.000 orang telah tewas sejak akhir Februari akibat pembomang sengit dan operasi militer

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement