Senin 19 Mar 2018 18:50 WIB

Putin Bantah Tudingan Inggris di Balik Serangan Agen Saraf

Putin menyebut tudingan Inggris adalah omong kosong.

Red: Nur Aini
Vladimir Putin
Foto: EPA/Sergei Chirikov
Vladimir Putin

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin membantah tudingan Moskow meracuni mantan mata-mata Sergei Skripal dan putrinya. Sebelumnya, Inggris mengatakan bahwa Skripal dan putrinya diracun dengan menggunakan racun saraf dari zaman Soviet, Novichok.

Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa Rusia menimbun racun tersebut. Inggris akan menyelidiki bagaimana senjata tersebut dapat digunakan untuk pembunuhan. Namun, Putin, dalam tanggapan terperinci pertama tentang peracunan tersebut, mengatakan bahwa Rusia dituduh secara salah.

"Mengenai tragedi yang Anda sebutkan, saya mengetahuinya dari media. Hal pertama yang saya pikirkan adalah jika racun saraf kelas militer, orang pasti mati di tempat," kata Putin kepada wartawan

"Kedua, Rusia tidak memiliki racun semacam itu. Kami menghancurkan semua senjata kimia kami di bawah pengawasan badan dunia dan kami melakukannya lebih dulu, tidak seperti beberapa mitra kami, yang berjanji melakukannya, namun sayangnya tidak menepati janji mereka," kata Putin.

Meski ketegangan terjadi di antara kedua negara itu, Putin mengatakan bahwa Moskow siap bekerja sama dengan London.

"Kami siap bekerja sama, kami langsung mengatakannya, kami siap untuk mengambil bagian dalam penyelidikan yang diperlukan, tapi untuk itu perlu ada keinginan dari pihak lain, dan kami belum melihat hal itu," katanya.

Dia pun membantah adanya keterlibatan Rusia dalam percobaan pembunuhan tersebut. "Secara keseluruhan, tentu saja, saya pikir orang yang normal akan mengerti bahwa itu adalah sampah, omong kosong, omong kosong, bagi Rusia untuk memulai petualangan seperti itu pada malam pemilihan umum presiden. Itu tidak terpikirkan," katanya. Putin berbicara setelah memenangkan pemilihan umum presiden.

Pejabat Inggris mengatakan, Moskow bersalah atas peristiwa peracunan tersebut dan mengusir 23 diplomat Rusia yang berada di London. Moskow membalas pada Sabtu dengan mengusir sejumlah diplomat Inggris yang sama dari Moskow, menutup konsulat Inggris di kota kedua Rusia di St Petersburg dan menutup aktivitas British Council, yang mempromosikan budaya Inggris di luar negeri, di Rusia.

Sebelumnya, Inggris mengatakan bahwa prioritasnya adalah menjaga pegawainya di Rusia, setelah Moskow mengusir 23 diplomat Inggris dalam krisis yang meningkat antara dua negara atas peracunan agen ganda. Kantor Kementerian Luar Negeri Inggris mengatakan dalam sebuah pernyataan pada akhir pekan lalu bahwa Dewan Keamanan Nasional negara tersebut akan bertemu lebih awal minggu depan untuk mempertimbangkan langkah selanjutnya.

"Prioritas kami saat ini adalah menjaga pegawai kami di Rusia dan membantu mereka yang akan kembali ke Inggris," kata Kementerian Luar Negeri dalam pernyataannya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement