REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Generasi millenial di Cina tidak mendapatkan waktu tidur yang cukup karena berbagai faktor. Hal itu merupakan hasil survei nasional yang dilakukan terhadap kalangan remaja pengguna internet.
Sekitar 60 persen dari responden yang lahir setelah 1990 merasa khawatir akan pekerjaan dan karier menjadi faktor utama terganggunya waktu tidur mereka. Survei yang dilakukan oleh Komite Tidur Sehat itu juga menyebutkan bahwa sebagian besar generasi muda Cina bermain telepon seluler lebih dari satu jam sebelum berusaha memejamkan mata.
Remaja Cina sering tidur dalam waktu yang tidak tentu, demikian survei komite di bawah Perhimpunan Dokter Kesehatan China (CMDA) sebagaimana dikutip Beijing Evening News, Senin (19/3).
Survei yang dilakukan untuk memperingati Hari Tidur se-Dunia itu menemukan bahwa sebagian besar pemuda yang mengalami kesulitan tidur itu tinggal di kota-kota besar di Cina, seperti Beijing, Shanghai, dan Guangzhou.
Namun survei tersebut tidak menyebutkan berapa jumlah responden yang diteliti dengan menggunakan parameter tidur selama 7,5 jam atau di bawah waktu tidur sehat yang direkomendasikan selama delapan jam.
Hampir setengah dari responden mengaku kekhawatiran terhadap karier mereka menjadi faktor utama yang memengaruhi kualitas tidur. Orang yang bekerja sebagai programer sebagian besar mengalami insomnia, demikian Shenzhen Evening News melaporkan. Pekerja kasar, staf penjualan, konsultan, pemilik toko daring, dan selebritis daring juga merupakan profesi yang memiliki masalah dengan tidur.
Remaja Shanghai tidur lebih dulu dibandingkan dengan warga beberapa kota besar lainnya di daratan Cina. Namun anak muda Beijing bangun lebih awal daripada rekan sebaya mereka di Kota Zhuhai, Provinsi Guangdong, yang paling lambat bangun, sebagaimana survei seperti dilaporkan South China Morning Post.