Selasa 20 Mar 2018 15:48 WIB

Barat tak Ucapan Selamat untuk Kemenangan Putin

Namun jubir pemerintah Jerman mengatakan Kanselir Merkel akan memberikan selamat.

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Budi Raharjo
Vladimir Putin
Foto: EPA/Sergei Chirikov
Vladimir Putin

REPUBLIKA.CO.ID,MOSKOW -- Vladimir Putin kembali memenangkan pemilihan presiden dan menduduki jabatan keempatnya. Seluruh dunia mengucapkan selamat kepadanya, namun negara-negara demokrasi terkemuka di Barat bungkam.

Dari total suara 99,84 persen, Putin memenangkan 76,6 persen dengan gemilang. Dia unggul hampir 65 persen dari lawan terdekatnya, Pavel Grudinin dari Communist Party. Angka yang dia dapat itu juga memperbaiki kemenangan sebelumnya pada 2012 yang naik sebesar 13 persen.

Kantor berita resmi Cina Xinhua melaporkan Presiden Cina Xi Jinping, sekutu pemerintah Rusia, mengirim sebuah pesan ucapan selamat kepada Putin. Dia menambahkan bahwa kemitraan Cina-Rusia saat ini "berada pada tingkat terbaik dalam sejarah."

Selain itu, para pemimpin Azerbaijan, Belarus, Iran, Jepang, Kazakhstan, Moldova dan Arab Saudi, semua mengucapkan selamat kepada Putin, begitu juga para pemimpin Bolivia, Kuba dan Venezuela.

Sementara itu, reaksi dari negara-negara Barat yang telah mempertanyakan kebijakan dan tindakan pemerintah Putin di banyak lini telah membungkam dengan jelas. Namun juru bicara pemerintah Jerman mengatakan Kanselir Angela Merkel akan segera memberi selamat kepada Putin. Ditambahkan bahwa sementara Berlin memiliki perbedaan pendapat dengan Moskow, penting untuk tetap berhubungan.

Tidak ada reaksi langsung dari Amerika Serikat (AS). AS mengambil nada yang lebih keras kepada Rusia pekan lalu. Negara itu mengeluarkan sanksi yang telah lama ditunggu-tunggu terhadap 'aktor-aktor siber' Rusia untuk campur tangan dalam pemilihan AS tahun 2016.

Presiden Prancis Emmanuel Macron memang berbicara dengan Putin melalui telepon pada Senin. Dia berharap Rusia dan rakyatnya sukses dengan modernisasi negara di bidang politik, demokrasi, ekonomi dan sosial. "Saya pikir ada perasaan bahwa kita telah dianiaya dan melahirkan persatuan," katanya.

Tapi juru bicara Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan pada Senin bahwa Inggris akan mengomentari hasil pemilihan ketika telah melihat penilaian oleh Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama (OSCE) dalam misi observasi pemilihan Eropa. OSCE telah merilis sebuah laporan yang menunjukkan bahwa pemilihan tersebut berjalan dengan baik. Walaupun ditandai dengan pembatasan kebebasan fundamental dan kurangnya persaingan yang sejati.

Hubungan diplomatik Rusia dengan Inggris berubah menjadi sangat asam beberapa hari sebelum pemilihan. Mengingat keracunan mantan agen Rusia Sergei Skripal dan putrinya di Inggris.

Namun, kebekuan dari Barat ini tidak mendorong antusiasme seorang pekerja restoran Victor Trakhin terhadap Putin."Saya bersama Putin. Tujuh puluh enam tidak cukup - Ini 100 persen untuk saya," kata Trakhin, seorang warga Moskow.

Dia mengatakan dia menemukan reaksi bungkam dari Barat yang telah diprediksi."Mereka takut, apa lagi yang bisa mereka katakan? Mereka tidak senang Rusia adalah orang yang harus dihadapi," katanya.

Sementara itu seorang pemilih Grudinin menginginkan Rusia memiliki hubungan yang jauh lebih baik dengan dunia. Selain itu dia juga berharap memiliki presiden yang lebih memperhatikan ekonomi dan urusan internal negara.

Ada pula yang menganggap perseteruan antara Rusia dan Inggris justru menguntungkan Putin dalam pemilihan presiden kali ini."Banyak warga kita ingin melihat citra militer yang kuat. "Saya pikir ada perasaan bahwa kita telah dianiaya, dan itu melahirkan persatuan," kata seorangasli St. Petersburg Anastasia Esupova (24 tahun), di dilaporkan NBC News, Selasa (20/3).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement