REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat dinilai tidak akan melahirkan pemenang. Perdana Menteri Cina Li Keqiang mengatakan perang dagang justru akan menimbulkan pertentangan terhadap prinsip-prinsip dagang, seperti negosiasi, konsultasi, dan dialog.
Li yang baru diangkat oleh NPC sebagai PM Cina untuk periode keduanya itu berharap kedua negara bertindak dengan mengedepankan sikap-sikap rasional daripada emosional. Pada tahun lalu, hubungan dagang Cina-AS telah mencapai angka 580 miliar dolar AS. Ia menganggap substansi volume perdagangan itu tidak akan tercapai tanpa aturan bisnis dan prinsip-prinsip pasar.
"Defisit perdagangan yang besar bukan suatu hal yang kami inginkan. Kami ingin ada keseimbangan perdagangan karena kalau tidak hubungan dagang kedua negara tidak akan berlanjut," ujar politikus berusia 63 tahun itu, Selasa (20/3).
Cina akan terus membuka sektor jasa dan sektor manufaktur karena Li yakin kedua sektor itu mampu menciptakan banyak peluang bagi AS. Li berharap AS juga akan memperlonggar batasan-batasan ekspor teknologi mutakhirnya dan komoditas lain bernilai tinggi pada Cina.
Dia menambahkan bahwa hak kekayaan intelektual akan tetap dilindungi oleh peraturan yang sangat ketat yang berlaku di negaranya. Sebagai sama-sama negara maju, Cina dan AS bisa saling mengisi di bidang ekonomi, stabilitas kemitraan, kepentingan kedua negara, dan kepentingan dunia.
Menurutnya, Cina akan tetap bertanggung jawab terhadap investor global dalam jangka waktu yang panjang. "Oleh sebab itu, untuk apa mesti khawatir terhadap pembangunan di China?" katanya kepada sejumlah wartawan dalam dan luar negeri. Dalam upaya terus membuka pasar, Cina akan menurunkan beberapa tarif impor, terutama untuk barang-barang kebutuhan, termasuk obat-obatan.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump telah menandatangani kebijakan pembatasan impor baja dan aluminium. Kebijakan tersebut ditentang sejumlah negara, termasuk Cina, karena AS dianggap mengabaikan prinsip-prinsip perdagangan global. Trump juga mendesak Cina agar berupaya memperkecil defisit perdagangannya dengan AS.