REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC -- Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman (MBS) mengadakan pertemuan dengan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Gedung putih. Pertemuan itu merupakan kunjungan resmi pertama MBS ke AS.
Menjelang pertemuan kedua pemimpin itu, Arab Saudi menyebut kesepakatan nuklir Iran pada 2015 merupakan kesepakatan yang salah.
"Pandangan kami tentang kesepakatan nuklir adalah bahwa ini merupakan kesepakatan yang cacat," ujar Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir kepada wartawan di Washington.
Jubeir menyebut Riyadh telah lama merasakan dampak karena perilaku Teheran yang tidak stabil di wilayah tersebut. "Kami telah menyerukan kebijakan ketat terhadap Iran selama bertahun-tahun. Kami melihat cara-cara di mana kita dapat menekan aktivitas-aktivitas jahat Iran di wilayah tersebut," kata Jubeir.
Ia mengecam dukungan Teheran untuk milisi Houthi di Yaman dan Presiden Suriah Bashar al-Assad di Suriah. Iran membantah campur tangan dalam urusan kawasan itu.
Pertemuan antara MBS dan Trump terjadi pada saat Riyadh dan Washington mulai memperkuat hubungan mereka setelah terjadi ketegangan di bawah pemerintahan AS sebelumnya. Hal itu sebagian besar disebabkan oleh Iran.
Selain bertemu Trump, MBS juga akan bertemu anggota Kongres AS. Beberapa di antaranya telah mengkritik serangan Saudi di Yaman, khususnya situasi kemanusiaan dan korban sipil.
Pejabat senior pemerintahan Trump memberi penjelasan kepada wartawan menjelang kunjungan tersebut. Ia mengatakan Trump ingin menyelesaikan perselisihan antara negara-negara Teluk dan Qatar, meskipun menteri luar negeri Saudi menyebut itu merupakan masalah kecil.
Trump juga ingin mengatur pertemuan puncak negara-negara Teluk. Selain itu, hubungan perdagangan juga masuk dalam pembahasan kunjungan tersebut.
"Sementara putra mahkota ada di Washington, kami akan mengadvokasi 35 miliar dolar AS dalam penawaran komersial untuk perusahaan AS yang akan mendukung 120 ribu pekerjaan Amerika," kata seorang pejabat.
Kantor berita negara Saudi SPA mengatakan MBS juga diperkirakan akan bertemu dengan para pemimpin bisnis dan berkunjung ke New York, Boston, Los Angeles, San Francisco, dan Houston.
Para pemimpin eksekutif , termasuk Marryn Hewson dari Lockheed dan Dennis Muilenburg dari Boeing, berencana untuk hadir.
MBS juga berencana bertemu dengan para eksekutif di industri minyak dan gas di Houston. Dalam pertemuan itu, Jubeir mengatakan Riyadh akan berusaha untuk menandatangani nota kesepahaman. Namun ia tidak memberikan rincian lebih lanjut terkait hal ini. Selain itu, MBS akan mengadakan pertemuan di Google dan Apple, dan bertemu dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Dalam pertemuannya dengan para pemimpin bisnis, industri dan hiburan, MBS ingin mengembangkan investasi dan dukungan politik. Belasan kepala eksekutif Saudi diharapkan mendampinginya untuk menjelaskan peluang investasi di kerajaan.
Setiap kunjungan ke Bursa Efek New York akan diawasi secara ketat oleh investor. Mereka mengharapkan keuntungan hingga lima persen dari Saudi Aramco tahun ini.
Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan baru-baru ini bahwa Aramco terlalu penting untuk didaftar di Amerika Serikat karena masalah litigasi. Seperti tuntutan hukum terhadap perusahaan minyak pesaing untuk peran mereka dalam perubahan iklim.
MBS telah menerima banyak pujian dari Barat karena berusaha mengurangi ketergantungan Arab Saudi pada minyak, mengatasi korupsi, dan melakukan reformasi revolusioner di kerajaan. Tetapi penanganan kasus korupsi yang begitu tertutup telah membuat takut beberapa investor.