REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Puluhan orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, tewas dan 80 lainnya terluka setelah pasukan Pemerintah Suriah mengebom tempat perlindungan bawah tanah di Ghouta Timur.
Sumber di lapangan dan tim penyelamat dari Pertahanan Sipil Suriah, kelompok penyelamat sukarela yang juga dikenal sebagai White Helmet, pada Jumat (23/3) mengatakan setidaknya 37 korban terbakar sampai mati setelah serangan udara yang membawa gas napaln menghantam tempat penampungan di kota Irbin.
"Satu serangan udara ditujukan pada salah satu gudang bawah tanah di Irbin semalam dimana antara 117 hingga 125 orang, kebanyakan wanita dan anak-anak, bersembunyi," kata seorang aktivis di Ghouta Timur, Izzet Muslimani, kepada Al Jazirah.
Baca juga, Suriah Kirim Pasukan Besar ke Ghouta Timur.
Seorang aktivis dan jurnalis warga di Irbin, Abul Yusr, mengatakan, jumlah korban tewas sebanyak 45 orang. Menurutnya, serangan udara telah menghantam dua tempat perlindungan yang terhubung oleh koridor.
"Serangan udara masuk melalui satu tempat penampungan, di mana itu meledak dan menewaskan semua orang di dalamnya. Api menyebar ke tempat perlindungan kedua, yang segera menjadi benar-benar dilalap api," kata Abul Yusr kepada Aljazirah.
Abul Yusr menambahkan, beberapa orang berhasil melarikan diri dari api di tempat penampungan kedua, tetapi mereka terluka cukup parah.
"Menurut Muslimani, para korban yang terluka masih dirawat di sebuah klinik darurat. Dengan tidak adanya layanan darurat, kami memperkirakan jumlah korban tewas akanmeningkat," ucapnya.
Aktivis lain di daerah kantong pemberontak, Zaher Hassoun, membenarkan laporan tentang serangan pemerintah Suriah yang telah menghantam lokasi penampungan dengan gas napalm.
Gas napalm merupakan cairan mudah terbakar yang digunakan dalam peperangan. Jika menempel pada kulit, maka akan menyebabkan luka bakar parah.
Menurut AbulYusr, mayat-mayat itu telah benar-benar hangus ketika mereka ditarik keluar dari gudang bawah tanah. "Mereka dimakamkan di sebuah kuburan massal di Irbin pada Jumat," tambahnya.
Awal bulan ini, kelompok Pertahanan Sipil Suriah mengatakan, pemerintah Suriah memukul Irbin dengangas klorin, fosfor dan napalm. Berita itu menyusul laporan beberapa dugaan serangankimia dalam hitungan hari.
Ghouta Timur telah di bawah kendali kelompok oposisi bersenjata sejak 2013. Selama dua tahun menjadi pemberontakan populer di Suriah yang menyerukan penjatuhan PresidenBashar al-Assad.
Lebih dari 1.500 warga sipil tewas di daerah timur Damaskus tersebut, sejak pasukan rezim yang didukung oleh pesawat tempur Rusia melancarkan serangan ganas pada 18 Februari.