REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Australia menyatakan akan mengusir dua diplomat Rusia sebagai tanggapan atas serangan racun agen saraf terhadap mantan mata-mata Moskow di Inggris. Negara itu mengisyaratkan kemungkinan memboikot Piala Dunia 2018 di Rusia.
Sebelumnya, Amerika Serikat juga menyatakan akan mengusir 60 diplomat Rusia sebagai bentuk kesetia-kawanan dengan negara Eropa untuk menghukum Kremlin. Hingga kini, 100 diplomat diminta kembali ke Rusia dalam pengusiran terbesar dari Barat sejak masa Perang Dingin.
"Bersama-sama dengan Inggris dan sekutu lain, Australia mengambil langkah sebagai tanggapan atas serangan senyawa saraf di Salisbury, Inggris," kata Perdana Menteri Malcolm Turnbull dalam pernyataan tertulis.
"Dua diplomat Rusia, yang diketahui sebagai petugas intelijen tidak terdaftar, akan diusir pemerintah Australia karena pekerjaan tidak sesuai kedudukannya, sesuai dengan Konvensi Wina," kata Turnbull.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Julie Bishop mengaku tengah mempertimbangkan sejumlah tindakan, seperti pemboikotan terhadap Piala Dunia 2018 di Rusia. "Masih banyak pilihan aksi lanjutan yang bisa diambil. Pemboikotan Piala Dunia adalah salah satu kebijakan susulan yang bisa diambil terkait hal ini," kata Bishop kepada sejumlah wartawan di Canberra.
Di sisi lain, otoritas sepak bola Australia mengatakan bahwa sejauh ini, Piala Dunia masih akan digelar sesuai rencana. "Sejauh ini, semua tim yang lolos, termasuk tim sepak bola nasional Inggris, akan ambil bagian dalam acara FIFA tersebut dan ini juga merupakan niat kami," kata Federasi Sepakbola Australia dalam pernyataan tertulis yang dikirim melalui surat elektronik.
Australia sudah menjatuhkan sejumlah sanksi terhadap Rusia menyusul jatuhnya pesawat Malaysian Airlines MH17 dan atas aneksasi Moskow terhadap sebagian wilayah Ukraina pada 2014 lalu.Pada 2014, pesawat MH17 yang terbang dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur jatuh sehingga menewaskan 298 penumpang dan kru. Sebagian besar korban adalah warga negara Belanda dan 28 dari Australia.
Penyidik internasional menyimpulkan bahwa pesawat itu ditembak jatuh dengan rudal yang diluncurkan dari sebuah peluncur Rusia. Rudal itu diluncurkan di sebuah desa yang dikuasai oleh kelompok gerilyawan pro-Rusia. Moskow mengatakan bahwa militer Ukraina menembak jatuh pesawat itu.