REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kekerasan senjata kembali terjadi di perbatasan Gaza. Aksi damai yang dilakukan ratusan ribu orang warga Palestina harus berakhir dengan penembakan oleh tentara Israel. Data yang diperoleh hingga pukul 23.00 WIB, telah tercatat korban tewas mencapai 15 orang dan lebih dari 1.100 jiwa terluka.
Menurut relawan ACT di lokasi aksi, dikabarkan situasi semakin memanas setelah pelemparan gas air mata oleh tentara Israel. Beberapa ambulans tampak hilir mudik membawa pasien warga Palestina korban kekerasan militer Israel.
Yang unik dalam aksi ini, turut pula dikibarkan bendera Indonesia dan bendera lembaga kemanusiaan ACT. Ini tampak dalam foto dan video berada di antara kerumunan peserta aksi.
Menurut Direktur Global Humanity Respons (GHR) Bambang Triono keterlibatan ACT dalam aksi tersebut adalah penyediaan dapur umum untuk warga peserta aksi. "Aksi ini hingga dua bulan ke depan, Pasti membutuhkan logistik yang banyak. Untuk itu kami akan hadir menjadi penguat para pejuang di lokasi," tandasnya.
Adapun tuntutan aksi akan mengarah tepat ke Israel, otoritas yang paling bertanggung jawab atas diskriminasi dan penindasan Gaza selama ini. Aksi ini bertajuk “Al Awdah March” (Aksi Kembalinya Tanah Palestina).
“Ribuan warga Gaza yang tergabung dalam aksi besar ini pun menyebutnya sebagai Land Day," ungkap Bambang seperti dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id.
Aksi protes damai ratusan ribu warga Gaza.
Tanggal 30 Maret menjadi hari nasional dan telah menjadi hari simbolis yang selalu diingat. Di mana di tanggal itu, tahun 1976 lalu terjadi sebuah peristiwa penting.
Tanggal 30 Maret, 42 tahun silam, enam orang Arab warga Israel yang mendukung Palestina dibunuh oleh militer Israel. Pembunuhan itu terjadi dalam sebuah demonstrasi atas pencaplokan Israel terhadap tanah Palestina.
Memperingati kejadian itu, selama enam pekan ke depan, demonstrasi besar akan berlangsung sepanjang hari tanpa henti, di lima titik berbeda sepanjang perbatasan Israel. Protes mereka mengerucut pada satu tuntutan penting, yakni kembalinya hak warga Palestina atas rumah dan tanah mereka yang kini dijajah secara terang-terangan oleh Israel.
Selama enam pekan ke depan, dimulai sejak Jumat 30 Maret hingga berakhir pada 15 Mei atau di puncak hari yang dikenal dengan “Nakba” atau “Malapetaka”. Nakba Day, enam pekan ke depan menjadi peringatan paling penting, di mana di hari itu penanda terusirnya ratusan ribu jiwa warga Palestina atas tanah mereka yang dicaplok Israel, tahun 1948 silam.
Dalam orasi-orasi damai, mereka menuntut hak-hak rakyat atas tanah Palestina yang terjajah. Sampai hari Nakba, ribuan anak-anak, pemuda Gaza, sampai para lansia di Gaza turut ambil bagian dalam demonstrasi besar-besaran ini.