Ahad 01 Apr 2018 17:32 WIB

Tekan Israel, Indonesia Perlu Galang Solidaritas ASEAN, OKI

Protes keras Indonesia selama ini selalu diabaikan oleh Israel.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Reiny Dwinanda
Ribuan masyarakat Gaza bergerak menuju perbatasan Palestina-Israel, Jumat (30/3).
Foto: Dok. Istimewa
Ribuan masyarakat Gaza bergerak menuju perbatasan Palestina-Israel, Jumat (30/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran Teuku Razasyah mengatakan Indonesia perlu menggalang dukungan dari negara-negara non-blok, ASEAN, dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk menekan Israel. Pernyataannya ini berkaitan dengan eskalasi terbaru di Jalur Gaza yang telah menyebabkan 15 rakyat Palestina tewas.

Teuku mengungkapkan, terkait memanasnya situasi di Gaza, Indonesia perlu menyampaikan protes dan keberatannya secara langsung kepada Israel. Duta besar Indonesia bisa menyampaikannya kepada Duta Besar Israel di PBB.

Namun, sebelum melakukan hal tersebut, Indonesia memang perlu memiliki kredibilitas. "Sebelum datang (bertemu dubes Israel di PBB) kita harus menggalang solidaritas Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), ASEAN, dan negara-negara gerakan non-blok. Terserah ASEAN itu bisa lengkap atau tidak," katanya kepada Republika.co.id, Ahad (1/4).

Selain itu, Indonesia juga perlu menggalang solidaritas dari kelompok-kelompok perdamaian yang berbasis di Israel. Bila tidak melakukan hal demikian, Israel tak akan menggubris keberatan atau protes Indonesia terkait situasi saat ini di Jalur Gaza. Apalagi, Indonesia memang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.

Teuku mengakui selama ini Indonesia sangat sering menyuarakan protes dan kritiknya terhadap Israel. Namun, kritik dan protes itu berlalu begitu saja dan tak dipedulikan Israel. Menurutnya, ke depan Indonesia perlu melakukan pendekatan baru, yakni dengan mulai menjalin komunikasi dengan Israel.

"Kita harus memiliki sesuatu agar Israel menganggap kita ini penting sehingga pemimpin kita bisa langsung menyampaikan pesan kepada pemimpin Israel," katanya.

Menurut Teuku, membuka kantor perdamaian untuk Timur Tengah atau Palestina dapat menjadi salah satu jalan. Kantor ini didirikan masing-masing di Indonesia dan Israel. Dan mereka yang bertanggung jawab atau bertugas di dalamnya cukup mantan diplomat yang memiliki kredibilitas dari tiap negara.

Dengan membuka kantor seperti itu, Indonesia dapat menjalin hubungan dengan Israel tanpa perlu memiliki relasi diplomatik. Menurut Teuku hal ini dapat menguntungkan Indonesia. Sebab, ke depannya Indonesia dapat menyampaikan pesan atau kritiknya secara langsung kepada Israel.

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Indonesia telah merilis pernyataan mengecam serangan tentara Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza. Serangan tersebut menyebabkan 15 warga Palestina tewas dan ratusan lainnya luka-luka.

Dalam siaran pers Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia yang diterima Republika.co.id, Sabtu (31/3), pemerintah dan rakyat Indonesia menyampaikan duka cita mendalam dan solidaritas kepada korban dan keluarga korban akibat aksi serangan tentara Israel tersebut.

Indonesia menegaskan bahwa Pemerintah Israel memiliki tanggung jawab di bawah hukum HAM dan kemanusiaan internasional untuk melindungi warga sipil. Pemerintah Indonesia mendesak agar segera dilakukannya investigasi menyeluruh terhadap penggunaan kekerasan yang berlebihan tersebut. Hasilnya diharapkan dipublikasi secara utuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement