REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Kementerian Pertahanan Israel tidak mau menuruti permintaan penyelidikan atas tewasnya 15 warga Palestina, Jumat (30/3). Belasan warga Palestina tewas dan puluhan luka-luka oleh militer Israel ketika unjuk rasa yang berujung pada bentrokan di Jalur Gaza, Jumat.
Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman menolak kritikan atas tindakan Israel. Dia mengatakan pasukan Israel yang berjaga sepanjang jalur Gaza layak mendapat medali penghargaan.
Sebab, mereka meakukan apa yang diperlukan untuk melindungi area perbatasan itu. “Terkait permintaan penyelidikan, tidak akan ada,” kata dia kepada radio militer Israel dilansir dari Reuters, Senin (2/4).
Hamas, kelompok Palestina yang dominan di Gaza, mengatakan lima dari mereka yang tewas adalah anggota sayap bersenjatanya. Sementara Israel mengatakan delapan dari yang tewas merupakan kelompok Hamas, yang ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Israel dan bangsa Barat, dan dua korban berasal dari faksi militan lainnya.
Ketegangan mulai mereda di daerah perbatasan tersebut pada Ahad (1/4) kemarin. Ratusan warga Palestina, atau sebagian kecil dari puluhan ribu yang awalnya ikut aksi pada Jumat, masih tetap berada di tenda perkemahan di perbatasan sepanjang 65 kilometer dari pagar pembatas Israel.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dan Diplomat ternama Uni Eropa, Federica Mogherini, mengatakan PBB akan melakukan penyelidikan independen terhadap pertumpahan darah yang terjadi pada Jumat lalu. Paus Fransiskus, dalam pidato tertulis untuk perayaan Paskah berkomentar atas peristiwa yang terjadi di Gaza.
Paus Fransiskus menyerukan rekonsiliasi di Tanah Suci tersebut. “Pada hari-hari terakhir ini, Tanah Suci menjadi lokasi konflik yang juga berdampak pada orang-orang yang tidak berdosa di sana,” kata pemimpin tertinggi umat Katolik itu.
Amerika Serikat memblokir sebuah pernyataan Dewan Keamanan PBB yang disusun Kuwait, Sabtu (31/3) lalu. Para diplomat menyatakan, akan melakukan penyelidikan independen dan mendesak semua pihak untuk terlibat.