Selasa 03 Apr 2018 10:04 WIB

Israel Tolak Tuduhan Gunakan Kekuatan Berlebih ke Palestina

Sebelumnya Israel telah menolak seruan internasional untuk melakukan penyelidikan.

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Nidia Zuraya
Bentrokan antara massa aksi Palestina dan militer Israel pada Sabtu (31/3) di Jalur Gaza.
Foto: AP Photo/Adel Hana
Bentrokan antara massa aksi Palestina dan militer Israel pada Sabtu (31/3) di Jalur Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Militer Israel menolak tuduhan baru pada Senin (1/4) tentang penggunaan kekuatan yang tidak sah terhadap warga Palestina yang tak bersenjata. Itu terkait dikerahkannya pasukan militer selama aksi protes massal di Gaza pekan lalu.

Korban tewas dari pihak Palestina bertambah menjadi 18 orang. Dan sebelumnya Menteri Pertahanan Israel telah menolak seruan internasional untuk melakukan penyelidikan.

"Pasukan Israel mencegah pelanggaran pagar perbatasan massal dan upaya oleh militan Islam Hamas Gaza untuk menyeret kami dalam bencana," kata juru bicara militer Israel Brigjen Ronen Manelis. Israel menganggap Hamas sebagai kelompok teroris.

Dia membantah tentara bertindak tidak sesuai hukum. Tetapi dia mengatakan bahwa beberapa kesalahan mungkin telah dibuat dan akan diselidiki.

Tuduhan kekuatan yang berlebihan dan penembakan yang melanggar hukum terhadap korban tewas sejak Jumat (30/3) adalah hari paling berdarah di Gaza sejak perang Israel-Hamas 2014. Sedangkan para pejabat militer berkomentar bahwa penghasut utama yang menjadi sasaran.

Video amatir telah muncul yang menunjukkan seorang warga Palestina ditembak mati dari belakang sambil membawa ban saat ia berlari dari daerah perbatasan.

Hamas, yang mengorganisasi pawai massa itu mengisyaratkan bahwa akan ada protes di kemudian hari. Protes ini akan dipentaskan dan berlangsung selama enam pekan ke depan.

Ditengarai bahwa ini dapat memuncak dalam pelanggaran perbatasan massal, mengacu pada kembalinya warga Palestina ke Yerusalem. Namun, para pemimpin Hamas belum mengatakan secara khusus bahwa kerumunan besar akan berusaha untuk menghancurkan pagar.

Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh pada Ahad (1/4) mengisyaratkan eskalasi. Dia mengatakan protes Jumat lalu memiliki batas, tetapi tidak jelas di mana batas itu akan menjadi waktu berikutnya.

Dalam pawai Jumat, ribuan warga Palestina - Israel memperkirakan jumlah pemilih 35.000 orang - menuju daerah perbatasan di sepanjang beberapa titik. Kelompok-kelompok kecil bergerak lebih dekat ke pagar perbatasan, melempar batu, melemparkan bom api atau membakar ban.

Sementara itu pada Senin Manelis menuduh bahwa Hamas melakukan pawai massal sebagai penutup untuk serangan.Dia mengatakan ada lima upaya untuk menyeberang pagar, termasuk dengan pemotong, dan tiga bahan peledak yang ditanam.

Menurut dia,sedikitnya 11 orang yang tewas adalah anggota kelompok militan. Termasuk dua yang menembaki tentara di dekat perbatasan, tetapi tidak akan mengatakan bagaimana yang lainnya tewas. Diamendefinisikan berbagai tindakan di dekat pagar sebagai terorisme, termasuk melempar batu dan membakar ban.

Kebijakan-kebijakan militer terbuka itu diawasi lebih ketat ketika video-video amatir muncul dengan maksud menunjukkan dua orang Palestina ditembak. Dengan satu orang tewas dan satu orang terluka. Sementara mereka sebenarnya tidak menimbulkan ancaman langsung terhadap tentara.

Dalam satu video yang diposting di media sosial, seorang pemuda yang kemudian diidentifikasi sebagai Abdelfatah Abdelnabi terlihat ditembak mati dari belakang sambil membawa ban saat dia melarikan diri dari perbatasan.

Majd al-Omari, yang memfilmkan insiden itu dengan smartphone-nya. Dia mengatakan bahwa sesaat sebelum penembakan, Abdelnabi telah terlibat dalam pembakaran ban di sekitar 200 meter dari pagar.

Manelis mengatakan bahwa pria dalam video itu telah melakukan aksi teror di sepanjang pagar selama beberapa jam. Ini jelas mengacu pada pembakaran ban, tetapi dia mengatakan militer akan menyelidiki.

Dia mengaku tentaranya telah mengikuti aturan yang ketat. Tetapi dia tidak menjelaskan dalam kasus seperti apa yang diperbolehkan untuk menggunakan kekuatan yang mematikan.Dia mengatakan area seluas 100 meter di Gaza, di sepanjang pagar, telah didefinisikan sebagai zona larangan bepergian.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan menggunakan kekuatan mematikan ketika pengunjuk rasa tidak menimbulkan ancaman yang akan segera terjadiitu melanggar hukum.

"Satu pasukan dapat menggunakan kekuatan yang wajar untuk mempertahankan perbatasan," kata Omar Shakir dari Human Rights Watch. "Ini adalah insiden di mana tentara menembak dari belakang pagar, dipisahkan oleh zona penyangga dan objek lain, menembaki orang-orang di belakang pagar, dalam beberapa kasus mundur, tidak bergerak maju, atau maju tanpa menimbulkan ancaman yang akan segera terjadi," katanya.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement