REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres meminta semua pihak yang bertikai di Yaman untuk segera menyepakati sebuah solusi politik. Hal itu didesak Guterres guna mengakhiri mengakhiri konflik di negara tersebut yang telah berlangsung selama kurang lebih empat tahun.
"Saya mendesak semua pihak untuk segera bertemu dengan utusan baru PBB Martin Griffiths, tanpa ditunda," kata Antonio Guterres pada Selasa (3/4).
Pernyataan itu dilontarkan Guterres dalam pertemuan PBB di Jenewa. Pertemuan itu sekaligus menghimpun dana bantuan yang akan diberikan ke Yaman sebesar tiga miliar dolar AS seperti rencana bantuan PBB tahun ini. Guterres mengatakan, masa empat tahun perang di Yaman telah telah menyebabkan 22 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Pada kesempatan itu, Guterres juga meminta akses keluar dan masuk ke Yaman tetap dibuka. Dia mengatakan, jalur transportasi seperti pelabuhan dan bandara harus tetap dibuka guna memberikan akses masuk bagi bantuan kemanusiaan seperti makanan, obat-obatan dan bahan bakar.
"Bandara Sanaa merupakan salah satu akses utama untuk menyalurkan bantuan sehingga harus tetap dibuka," kata Antonio Guterres.
Sebelumnya, Badan PBB untuk anak-anak UNICEF mengatakan perang Yaman telah membunuh dan melukai lebih dari 5.000 anak. Selain itu, sebanyak 400 ribu lainnya dinyatakan kekurangan gizi dan tengah berjuang untuk kelangsungan hidup mereka.
Dalam sebuah laporan, UNICEF mengatakan hampir dua juta anak-anak Yaman tidak bersekolah sejak koalisi pimpinan Arab Saudi terlibat dalam perang pada Maret 2015. Jumlah itu merupakan seperempat dari total jumlah anak-anak yang ada di Yaman
Lebih dari tiga juta anak lahir saat perang tersebut berkecamuk. Mereka merasakan kekerasan, pengungsian, penyakit, kemiskinan, kekurangan gizi, dan kekurangan akses terhadap layanan dasar selama bertahun-tahun. UNICEF mengatakan rata-rata lima anak Yaman tewas atau terluka setiap hari sejak Maret 2015.