Selasa 03 Apr 2018 21:21 WIB

Stasiun Luar Angkasa Tiangong-1 Jatuh di Pasifik Selatan

Suhu panas yang kuat telah membuat pesawat luar angkasa itu meleleh dan mulai pecah.

Stasiun luar angkasa Tiangong-1 jatuh di Pasifik Selatan
Foto: ABC News
Stasiun luar angkasa Tiangong-1 jatuh di Pasifik Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah stasiun luar angkasa Cina yang berukuran hampir sebesar bus sekolah telah jatuh ke bumi di Pasifik Selatan. Sebagian besar bagiannya sudah terbakar saat memasuki kembali atmosfir bumi, kata media Pemerintah Cina.

Stasiun luar angkasa "Heavenly Palace", atau juga dikenal sebagai Tiangong-1, mulai jatuh sekitar pukul 10:15 pagi waktu setempat (2/4), menurut kantor berita Xinhua. Setelah mencapai jarak sekitar 70 km di atas permukaan bumi, suhu panas yang kuat telah membuat pesawat luar angkasa itu meleleh dan mulai pecah.

Dr Roger C Thompson dari Aerospace Corporation, yang telah melacak stasiun luar angkasa itu, mengatakan laporan yang menyebutkan Tiangong-1 telah mencapai atmosfer di atas Pasifik Selatan telah dikonfirmasi.

Dia mengatakan proses pesawat luar angkasa itu memasuki atmosfir bumi terjadi lebih cepat 14 menit dari prediksi Aerospace Corporation, tapi mereka tetap mengatakan senang dengan prediksi mereka mengingat itu masih dalam jendela waktu empat jam di mana mekanisme pesawat itu masuk kembali ke atmosfir bumi masih bisa terjadi.

Apa pun yang mungkin tersisa dari Tiangong-1 akan menghantam samudra dekat daerah yang dikenal sebagai "pemakaman pesawat ruang angkasa", karena di sanalah lembaga antariksa tuju ketika pesawat ruang angkasa masuk kembali ke atmosfer.

photo
Photo: Tiangong-1 memiliki panjang 12 meter dan berat 8,5 ton. (Disediakan: CMSE)

Pesawat Tiangong-1 diluncurkan pada tahun 2011 untuk melakukan percobaan docking dan orbit sebagai bagian dari program luar angkasa China yang ambisius, yang bertujuan untuk menempatkan stasiun permanen di orbit pada tahun 2023.

Awalnya direncanakan untuk dinonaktifkan pada tahun 2013 tetapi misinya berulang kali diperpanjang.

Direktur Eksekutif Teknik Luar Angkasa di Fakultas Antariksa University of Sydney, Warwick Holmes, mengatakan masyarakat tidak perlu takut dengan peristiwa jatuhnya stasiun luar angkasa.

Dia mengatakan risiko warga terkena puing pesawat antariksa itu sangan rendah karena 70 persen dari dunia ditutupi oleh lautan dan sebagian besar benua Australia jarang dihuni penduduk.

"Semua orang mengira mereka akan terkena puing stasiun luar angkasa China. Saya yakinkan anda kalau hal itu tidak akan terjadi," kata Holmes sebelum jatuhnya pesawat itu ke bumi.

"Anda punya kemungkinan lebih besar tertabrak mobil yang melintasi jalan di Sydney hari ini daripada Anda akan tertabrak stasiun luar angkasa China."

Kemungkinan seseorang terkena puing-puing dari pesawat antariksa kurang dari satu berbanding satu triliun.

Nama "Tiangong" mungkin terdengar akrab karena itu stasiun ruang angkasa dimana aktiris Hollywood Sandra Bullock pernah dilekatkan dalam pada film fiksi ilmiah Gravity.

Stasiun luar angkasa yang ditampilkan dalam film ini adalah versi futuristik Tiangong-1 dan secara kebetulan meluncur ke Bumi.

Tiangong-1 memiliki panjang 12 meter, berat sekitar 8,5 ton dan diluncurkan oleh China National Space Administration pada tahun 2011.

Jatuhnya stasiun luar angkasa itu menjadi permainan menunggu sejak kontak dengan stasiun luar angkasa itu menghilang pada tahun 2016, dan para ahli selama dua tahun terakhir berusaha memprediksi kapan pesawat itu akan jatuh.

photo
Photo: Jalur orbit Tiangong1

Pada Oktober tahun lalu, ahli arkeologi angkasa dari Universitas Flinders, Alice Gorman, mengatakan China tidak akan bisa mengendalikan pendaratannya.

"Kontak telah hilang dengan pesawat ruang angkasa ini, jadi selain memantau posisinya, masuk kembalinya pesawat ruang angkasa itu ke bumi tidak dapat dihindari," katanya.

Pada September 2016, kantor berita Xinhua China melaporkan pesawat luar angkasa "utuh dan mengorbit pada ketinggian rata-rata 370 kilometer".  Namun pada Oktober tahun lalu, ketinggian pesawat itu telah turun 60 kilometer.

Tiangong-1 telah melakukan perjalanan sekitar 27.000 kilometer per jam, tetapi ketika meluncur ke bumi, kecepatannya melambat dan memanas, dan pecah menjadi serpihan yang terbakar. Hanya ada sekitar 10 persen kemungkinan pesawat ruang angkasa akan bertahan saat terbakar ketika masuk kembali bumi.

Seberapa umum puing-puing ruang angkasa buatan manusia?

Puing dari satelit, peluncuran ruang angkasa dan Stasiun Luar Angkasa Internasional memasuki atmosfer setiap beberapa bulan, tetapi hanya satu orang yang diketahui telah terkena salah satu dari benda-benda itu.

Seorang wanita Amerika Serikat, Lottie Williams tertimpa tapi tidak terluka oleh sebuah bagian yang jatuh dari roket Delta II AS saat sedang berolahraga di sebuah taman di Oklahoma pada tahun 1997.

Kejadian yang paling terkenal, laboratorium luar angkasa seberat 77 ton di Amerika menabrak atmosfer bumi pada tahun 1979, dan menyebarkan serpihan puing di dekat kota Perth, Australia Barat, dimana Skylab kemudian didenda US $ 400 karena membuang sampah sembarangan.

Serpihan dari pesawat ulang alik Columbia yang pecah ketika jatuh kembali ke atmosfir bumi pada 2003 dan menewaskan ketujuh  orang astronot didalamnya telah mengirim lebih dari 80.000 serpihan puing-puing yang jatuh di petak berukuran besar di selatan Amerika Serikat.

Tidak ada seorang pun di tanah yang terluka. Pada tahun 2011, NASA Upper Atmosphere Research Satellite dianggap menimbulkan risiko kecil bagi publik ketika jatuh ke Bumi 20 tahun setelah peluncurannya.

Puing-puing dari satelit seberat enam ton itu akhirnya jatuh ke Samudera Pasifik, tidak menyebabkan kerusakan.

Program ruang angkasa China sendiri sempat menimbulkan kekhawatiran besar setelah menggunakan rudal untuk menghancurkan satelit China yang tidak berfungsi lagi pada tahun 2007, dan menciptakan awan puing-puing yang besar dan berpotensi berbahaya.

ABC / AP

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement