Rabu 04 Apr 2018 12:35 WIB

PBB: Yaman Butuh Bantuan 3 Miliar Dolar AS

PBB meluncurkan gerakan penghimpunan dana untuk Yaman dalam konferensi di Jenewa

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Anak-anak di tengah konflik di Yaman.
Foto: reuters
Anak-anak di tengah konflik di Yaman.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) meminta donor sekitar 3 miliar dolar AS untuk membantu Yaman. Menurut PBB, dana tersebut sangat dibutuhkan untuk menolong 13 juta orang di negara yang dilanda krisis kemanusiaan terburuk di dunia tersebut.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah meluncurkan gerakan penghimpunan pendanaan untuk Yaman dalam konferensi Jenewa pada Selasa (3/4). Dalam kesempatan tersebut, Guterres mengatakan peran dunia internasional dibutuhkan agar Yaman tak semakin terjerembap dalam krisis.

"Yaman adalah krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Tetapi dengan dukungan internasional, kita dapat dan harus mencegah negara ini menjadi tragedi jangka panjang," kata Guterres dikutip laman Al Araby.

Guterres pun menyoroti perihal blokade pelabuhan yang dilakukan oleh koalisi militer pimpinan Arab Saudi. Ia meminta agar blokade segera diakhiri guna memudahkan proses pengiriman bantuan kemanusiaan ke negara tersebut.

"Semua pelabuhan harus tetap terbuka untuk kargo kemanusiaan dan komersial, obat-obatan, makanan, dan bahan bakar yang diperlukan untuk mengirimnya," ujar Guterres.

Ia menegaskan bantuan kemanusiaan ke Yaman harus benar-benar menjangkau mereka yang membutuhkan. Hal ini patut dilakukan tanpa kompromi dan syarat apa pun.

Tahun lalu, pemerintah Yaman mengajukan permohanan dana sebesar 2,5 miliar dolar AS untuk mengatasi krisis yang dihadapinya. Namun kebutuhan dana kian meningkat sejak saat itu.

Perang Yaman telah berlangsung selama tiga tahun. Sejak koalisi militer Saudi memulai operasinya di Yaman dalam rangka melawan Houthi, lebih dari 10 ribu orang disana tewas.

Korban sipil akibat serangan udara koalisi Saudi telah mengundang kritik kelompok-kelompok hak asasi manusia. Pada Oktober tahun lalu, PBB menempatkan aliansi tersebut dalam daftar hitam karena membunuh serta melukai anak-anak di negara tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement