Kamis 05 Apr 2018 08:00 WIB

Perang Dagang AS-Cina Bisa Merugikan Industri Otomotif

Bisnis ekspor mobil ke Cina akan terpukul kebijakan tarif.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Pabrik perakitan mobil.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Pabrik perakitan mobil. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Meningkatnya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina dapat berdampak pada industri otomotif Jerman, terutama untuk produk SUV mewah yang dibuat di AS bagian selatan. Tak hanya itu, ketegangan tersebut juga dapat berimplikasi pada bisnis pembuat kendaraan listrik Tesla Inc dan Ford Motor Co.

Jika sengketa tarif antarkedua negara meletus menjadi perang dagang besar-besaran, maka para produsen mobil tersebut akan terkena dampak besar. Sebab mereka mengekspor hampir 270 ribu kendaraan yang dibuat di AS ke Cina, dengan nilai 11 miliar dolar AS.

Dilaporkan Reuters, Kamis (5/4), pabrik Tesla di California mengekspor sekitar 15 ribu mobil pe tahun ke Cina. Sementara, pabrik BMW di South Carolina dan pabril Daimler AG di Alabama juga dapat kehilangan ratusaan juta dolar AS jika Cina melanjutkan ancamannya untuk menggandakan tarif impor.

Di sisi lain, Ford mengekspor kendaraan Lincoln premium ke Cina dan berencana untuk mengimpor kendaraan Focus dari Cina ke AS. Analis otomotif Barclays, Brian Johnson mengatakan, industri otomotif akan menanggung beban dari tarif yang ditetapkan oleh AS maupun Cina.

"Mereka akan menanggung beban dari tarif tersebut, dan otomatis harga jual kendaraan akan naik," kata Johnson.

Asosiasi Dealer Mobil Cina mencatat, jumlah impor kendaraan ke Cina dari semua pasar pada tahun lalu naik menjadi 1,2 juta unit. Dari jumlah tersebut sekitar 267.473 unit diimpor dari AS, dan 100 ribu mobil BMW yang ada di Cina diimpor dari pabrikan di South Carolina.

Perang dagang antara AS dan Cina dapat mempengaruhi rencana Ford untuk mengalihkan produksi Focus dari Michigan ke Cina pada tahun depan. Sementara merek Lincoln diekspor ke Cina dengan jumlah 80 ribu unit per tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement