Kamis 05 Apr 2018 12:34 WIB

Pencurian Data Facebook Diduga Lebih Besar dari Laporan

Pencurian data pengguna Facebook mencapai 87 juta pengguna.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Nur Aini
Jutaan data dari akun Facebook digunakan oleh Cambridge Analytica
Foto: Reuters/Dado Ruvic
Jutaan data dari akun Facebook digunakan oleh Cambridge Analytica

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Facebook diyakini membagi data 87 juta pengguna layanan media sosial itu secara ilegal ke perusahaan konsultan politik Cambridge Analytica. Jumlah itu lebih besar dari yang diungkapkan.

Pelapor pelanggaran oleh Facebook, Christopher Wylie, menyebut data yang dibocorkan Facebook sebanyak 50 juta data pengguna. Dari total 87 juta, 1,1 juta data di antaranya adalah mereka yang tinggal di Inggris, demikian dilansir BBC, Rabu (4/4).

CEO Facebook Mark Zuckerberg mengatakan pihaknya sudah dan masih terus mengambil tindakan. Dalam konferensi pers, Zuckerberg menyatakan bila Facebook menyediakan saran, terserah pengguna mau memakainya atau tidak. Di sisi lain, Zuckerberg juga tahu akhirnya tanggung jawab harus diperluas.

''Kami tidak cuma membuat instrumen, tapi juga bertanggung jawab penuh atas dampak penggunaan instrumen yang kami sediakan oleh para pengguna,'' kata Zuckerberg.

Zuckerberg juga mengatakan audit internal Facebook sudah berjalan menangani masalah tersebut. Facebook menuduh perangkat lunak berbahaya (malware) sebagai biang persoalan. Malware itu memungkinkan para pengguna saling mencari dengan mengetik alamat surel atau nomor ponsel di kolom pencarian Facebook.

Kondisi tersebut membuat banyak informasi profil pengguna Facebook banyak dicuri. Facebook telah memblokir layanan tersebut.

Angka perkiraan jumlah data yang Facebook bocorkan tersebut muncul di blog Direktur Teknologi Facebook, Mike Schroepfer. Facebook memperkirakan ada sekitar 305 ribu orang dari sebelumnya 270 ribu orang yang telah memasang aplikasi kuis This Is Your Digital Life. Aplikasi itu yang membuat pengumpulan data jadi memungkinkan. Sekitar 97 persen pemasang aplikasi tersebut berbasis di AS.

Juru bicara Kantor Komisioner Informasi Inggris menyatakan pihaknya terus melakukan evaluasi dan mempertimbangkan semua bukti sebelum mengambil langkah lanjutan. Facebook menghadapi kritik pedas setelah setelah kedapatan mengetahui Cambridge Analytica mengumpulkan data jutaan pengguna layanan media sosial tersebut. Cambridge Analytica mengaku membeli data tersebut dari penyedia aplikasi This Is Your Digital Life tanpa tahu bahwa data tersebut didapat secara ilegal. Cambridge Analytica lalu menghapus semua data begitu tahu terjadi pelanggaran.

Namun, kabarnya sebagian data masih berputar di Cambridge Analytica. Cambridge Analytica bercuit hanya mendapat data 30 juta individu, bukan 87 juta dan bersikukuh mengaku telah menghapus data tersebut. Mark Zuckerberg kembali dijadwalkan untuk memberi penjelasan terkait persoalan tersebut kepada Komite Perdagangan Dewan Perwakilan AS sebelum 11 April nanti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement