Jumat 06 Apr 2018 09:46 WIB

Isreal akan Bertindak Lebih Keras ke Pendemo di Jalur Gaza

Hari ini, Jumat (6/4), warga Palestina di Gaza akan kembali turun ke jalan

Warga Palestina berlarian saat tentara Israel menembak dengan gas air mata di Jalur Gaza, Selasa (3/4).
Foto: AP Photo/Adel Hana
Warga Palestina berlarian saat tentara Israel menembak dengan gas air mata di Jalur Gaza, Selasa (3/4).

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Militer Israel pada Kamis (5/4) mengancam Hamas dengan reaksi lebih keras terhadap demonstrasi lain yang direncanakannya pada Jumat (6/4) di perbatasan Israel dan Jalur Gaza.

"Kami takkan membiarkan ini menjadi kegiatan mingguan," kata Brigadir Jenderal Ronen Manelis, Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), kepada wartawan dalam satu taklimat pada Kamis siang.

"Kami tak memiliki keinginan untuk membatasi reaksi kami ke daerah perbatasan saja," ia menambahkan, sebagaimana dikutip Xinhua.

Setelah beberapa pekan bentrokan rusuh antara Hamas dan militer Israel, kebanyakan tindakan Israel masih terbatas pada serangan udara terhadap instalasi militer Gerakan Perlawanan Islam, Hamas. Jumat pekan lalu, protes rusuh yang diselenggarakan oleh organisasi gerilyawan Palestina tersebut di perbatasan Israel Selatan berakhir dengan tewasnya 16 orang Palestina dan cederanya lebih dari 1.000 orang lagi, kata Kementerian Kesehatan Palestina.

Ada kecaman luas masyarakat internasional terhadap penggunaan kekerasan secara berlebihan oleh Israel dalam reaksi militernya terhadap kegiatan itu. Anggota Hamas dan warga di Jalur Gaza dilaporkan telah menumpuk ban dalam beberapa hari belakangan dengan tujuan membakarnya selama protes Jumat.

Menurut Manelis, seorang anggota Hamas dibekuk pada malam hari, ketika ia berusaha menyusup ke dalam wilayah Israel untuk melancarkan serangan terhadap sasarannya. "Kami menerima informasi intelijen yang menyatakan HAMAS 'berencana melancarkan serangan ... besok," kata Manelis pada Kamis (5/4).

"Mereka akan berusaha menggunakan api dari ban untuk menarik perhatian kami, dan kami telah melakukan persiapan untuk ini," katanya.

Israel meninggalkan Jalur Gaza pada 2005 dengan mengungsikan tentara dan pemukim Yahudi, tapi telah menguasai wilayah udara dan garis pantai daerah kantung Palestina tersebut. Kerusuhan diperkirakan berlanjut sampai 15 Mei, ketika rakyat Palestina memperingati Hari Nakba, hari bencana mereka --yang bertepatan dengan peringatan ke-70 Hari Berdirinya Israel.

Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan ia akan memindahkan Kedutaan Besar AS ke Jerusalem pada pertengahan Mei. Keputusan itu telah membuat marah rakyat Palestina, yang memandang Jerusalem Timur sebagai bagian dari ibu kota masa depan Negara Palestina.

sumber : Antara/Xinhua
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement