REPUBLIKA.CO.ID, GHOUTA -- Sediktinya 150 warga di Dhouma, tewas dalam serangan gas beracun yang diduga dilakukan oleh militer pemerintah Suriah. Hal tersebut diungkapkan oleh tim sukarela kemanusiaan The White Helmets yang beroperasi di lokasi tersebut.
Seperti diwartakan BBC, Ahad (8/4) The White Helmets melaporkan penemuan jasad korban di sebuah ruang bawah tanah. Menurut The White Helmets, jumlah korban akibat serangan gas beracun itu diperkirakan akan bertambah.
Meski demikian, mereka tidak menyebut lokasi pasti penemuan korban tersebut. Laporan yang disebutkan oleh organisasi kemanusiaan itu juga belum diverifikasi leih lanjut oleh tim independen.
Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengaku akan memantau perkembangan laporan tersebut. Negara Paman Sam itu mengatakan, militer dan pemerintah Rusia yang membantu Suriah bertanggung jawab atas serangan senjata kimia yang telah menimbulkan jumlah korban yang sudah tidak bisa terhitung itu. "Melihat sejarah, sudah tidak dapat diperdepatkan lagi jika rezim telah menggunakan senjata kimia bahkan untuk warganya sendiri," kata Departemen Luar Negeri AS.
Sementara, media pendukung oposisi di Ghouta Timur mengungkapkan jika senjata kimia di yagn dipakai di Suriah telah menelan lebih dari seribu korban. Mereka mengatakan, bom kimia diduga dijatuhkan menggunakan tong yang dilempar dari helikopter.
Tong tersebut berisi senjata kimia berbahas gas Sarin yang sangat beracun. Dhouma merupakan markas terakhir oposisi pemerintah Suriah yang berada di Ghouta Timur. Kawasan tersebut telah mendapatkan pengepungan oleh militer pemerintan Suriah.