Senin 09 Apr 2018 02:15 WIB

Serangan Gas Beracun di Suriah, 70 Orang Tewas

Douma jadi wilayah terakhir yang dikuasai oposisi di Suriah timur

Rep: Puti Almas/ Red: Bilal Ramadhan
Beberapa bayi memperoleh penanganan medis setelah terpapar gas beracun di Desa Shifunieh, Ghouta Timur, Suriah
Foto: Mohammed Badra/EPA-EFE
Beberapa bayi memperoleh penanganan medis setelah terpapar gas beracun di Desa Shifunieh, Ghouta Timur, Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan gas beracun terjadi di Douma, salah satu wilayah di Ghouta Timur, Suriah, Sabtu (7/4). Setidaknya 70 orang dilaporkan tewas dalam kejadian ini, menurut laporan dari petugas medis.

Diperkirakan jumlah korban akan terus meningkat. Sebelumnya, kelompok sukarelawan medis bernama White Helmets mengatakan serangan gas beracun membuat sekitar 150 orang tewas, seiring penemuan jenazah di Douma.

Douma menjadi wilayah terakhir yang dikuasai oleh kelompok oposisi di Ghouta Timur. Tak sedikit yang menyakini bahwa serangan gas beracun kali ini diluncurkan oleh Pemerintah Suriah bersama dengan Rusia.

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan telah memantau laporan yang menyebutkan bahwa rezim Pemerintah Suriah yang dipimpin oleh Presiden Bashar Al Assad harus bertanggung jawab. Selama ini, sejumlah serangan yang melibatkan gas kimia dan beracun kerap dialamtkan terhadap pasukan pemerintah yang bekerjasama dengan Rusia.

Rusia pada akhirnya memikul tanggung jawab atas serangan brutal di Suriah yang tak terhitung jumlahnya dengan menggunakan senjata kimia, ujar pernyataan Departemen Luar Negeri AS, dilansir BBC, Ahad (8/4).

Laporan dari salah satu media pro oposisi Suriah menyebutkan serangan gas beracun di Douma telah membuat lebih dari seribu orang terkena dampak kesehatan. Diduga gas beracun diluncurkan dengan menggunakan bom barel yang dijatuhkan dari atas helikopter. Gas tersebut diyakini sebagai sarin, salah satu agen saraf beracun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement