REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pendiri Facebook Inc, Mark Zuckerberg akan memberikan kesaksian di hadapan Kongres Amerika Serikat (AS). Kesaksian ini menyusul adanya penyalahgunaan data konsumen oleh sebuah perusahaan konsultan politik dalam pemilihan presiden AS.
Zuckerberg akan bersaksi di hadapan Komite Energi dan Perdagangan Dewan Perwakilan Rakyat AS pada 11 April 2018. Seperti dilaporkan Reuters, Selasa (10/4), pada Senin lalu Zuckerberg mengadakan pertemuan dengan para senator terkemuka dari Partai Republik dan Partai Demokrat. Pertemuan tersebut dilakukan di Komisi Perdagangan dan Kehakiman.
Dalam beberapa waktu belakangan, Facebook dihujani kritik. Hal ini terjadi setelah perusahaan tersebut mengungkapkan bahwa perusahaan konsultan politik, Cambridge Analytica yang bekerja untuk kampanye Donald Trump bisa menembus data pribadi hingga 50 juta pengguna Facebook.
Pada Maret lalu, Facebook telah menangguhkan akun-akun milik Cambridge Analytica beserta perusahaan induknya. Fccebook juga menyewa auditor forensik untuk menyelidiki apakah Cambridge Analytica masih memiliki data tersebut.
Zuckerberg mengaku telah melakukan kesalahan besar karena menyepelekan masalah keamanan para pengguna yang jumlahnya mencapai dua miliar. Ia mengakui perusahaannya tak melakukan pencegahan yang cukup agar data-data pengguna tak disalahgunakan.
"Itu adalah kesalahan saya, dan saya minta maaf. Saya memulai Facebook, saya menjalankannya, dan saya bertanggung jawab atas apa yang terjadi di sini, ujar Zuckerberg.
Kasus pencurian data ini mencuat setelah sebuah perusahaan data yang terkait kampanye Donald Trump, yakni Cambridge Analytica, sebuah mengumumkan bahwa mereka memiliki akses ke data pada 87 juta pengguna Facebook. Perusahaan itu diketahui menyedot data pribadi dalam jumlah besar dari pengguna Facebook melalui kuis-kuis.
Tak hanya pengguna yang mengikuti kuis, Cambrigde Analytica juga mengambil data dari teman-teman mereka. Hal itu dilakukan tanpa sepengetahuan pemilik akun. Data-data itu digunakan untuk membuat berita palsu dan ujaran kebencian selama pemilihan umum.
Zuckerberg mengakui itu adalah kesalahan fatal. Perusahaannya tak memiliki pandangan yang luas tentang tanggung jawab perusahaan terhadap data pengguna. Ia pun menyiapkan sejumlah rencana untuk mencegah kejadian serupa terjadi di masa mendatang.