REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rezim Suriah dan sekutu terdekatnya Rusia menyalahkan Israel sebagai penyerang pangkalan udara di Suriah pada Senin (9/4). Menyusul kecurigaan adanya serangan gas kimia yang mengundang kecaman dari kekuatan dunia.
Menurut laporan kantor berita yang dikelola negara, Ria Novosti, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim dua pesawat tempur F-15 Israel meluncurkan serangan udara di pangkalan T-4 di Suriah tengah. Peluncuran itu diduga dari wilayah Lebanon.
Sementara media pemerintah Suriah mengatakan bahwa sejumlah orang tewas atau terluka dalam serangan itu. Mereka juga mengutip sumber militer yang menyalahkan Israel atas tindakan militer itu.
Para pejabat Israel belum mengeluarkan tanggapan apapun terhadap laporan serangan itu. Tetapi pesawat tempurnya pernah menghantam fasilitas yang sama pada Februari, setelah Israel mengatakan sebuah pesawat tak berawak Iran telah menyusup ke wilayah udaranya.
Para pejabat Israel mengatakan Iran, pendukung kunci dari pemerintah Suriah, menggunakan fasilitas T-4 sebagai pusat komando. Seperti diwartakan CNN, sedikitnya empat penasihat militer Iran tewas dalam serangan itu, media pemerintah Iran melaporkan. Rusia mengeluh Israel tidak memberitahukannya mengenai rencana serangan, meski ada kesepakatan dekrit.
Serangan itu terjadi dua hari setelah para aktivis mengatakan sebuah serangan kimia yang dicurigai di Douma membunuh puluhan warga sipil. Konflik Suriah telah berkembang menjadi perang proksi yang kompleks. Dalam beberapa tahun terakhir telah memasukkan serangan Israel terhadap target yang terkait dengan Iran.
Sikap resmi Israel tentang perang itu netral, tetapi telah mengakui melakukan beberapa serangan pada target militer Suriah. Sementara pihaknya menolak bertanggung jawab untuk banyak orang lain. Sudah jelas dinyatakan di masa lalu bahwa Israel akan menanggapi kehadiran Iran yang tumbuh di Suriah.
Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman mengatakan dalam sebuah wawancara pada Maret dengan surat kabar Yedioth Ahronoth bahwa Israel telah bertindak secara militer di Suriah dalam beberapa bulan terakhir. "Sebagian besar kegiatan tentara Israel tidak ditemukan di (koran dan situs web Israel), dan itu bagus," katanya.
"Tidak benar mengatakan bahwa kita tidak bertindak."
Israel dan Rusia secara tipikal mengoordinasikan aksi militer mereka lebih dari Suriah. Itu terjadi sejak pasukan Rusia memasuki negara berkonflik tersebut pada akhir 2015.
Basis T-4, terletak di posisi strategis antara kota-kota Homs dan Palmyradi barat Suriah. Tempat itu telah menjadi landasan utama bagi pesawat Suriah dan Rusia selama perang.
Namun juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, DmitryPeskov, mengatakan tidak ada kontak antara Israel dan Rusia sebelum atau selama serangan udara pada Senin. "Kurangnya komunikasi adalah penyebab keprihatinan," katanya.
Peskov mengatakan Putin bermaksud berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenai masalah itu, karena penasihat Rusia masih berada di markas T-4.
Suriah mengklaim bahwa pertahanan udara telah menembak jatuh delapan rudal. Rudal tersebut yang ditembakkan ke pangkalan itu pada Senin. Sementara RIA Novosti melaporkan tiga rudal terbang ke target mereka dan lima lainnya ditembak jatuh.
Suriah sebelumnya berspekulasi bahwa AS berada di belakang serangan Senin itu. Namun dengan cepat klaim itu ditolak oleh Pentagon.