REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- Menteri Myanmar mengatakan kepada pengungsi Muslim Rohingya di Bangladesh pada Rabu (11/4) pemulangan mereka adalah prioritas, dalam kunjungan pertama pejabat tinggi Myanmar ke korban "pembersihan suku" oleh tentara Myanmar.
Menteri Kesejahteraan Sosial Win Myat Aye, yang memimpin upaya pemulihan di negara bagian Rakhine, bertemu dengan sekitar 50 pengungsi, yang baru tiba di kampung pengungsi Kutupalong di Bangladesh tenggara, kata Mohammad Shamsud Douza, wakil pejabat pemerintah Bangladesh, yang bertanggung jawab atas pengungsi.
Pejabat kementerian luar negeri Bangladesh mengatakan, negaranya ingin menunjukkan kepada menteri tamu itu tantangan dalam menampung pengungsi. Win Myat Ayat diperkirakan bertemu dengan menteri luar negeri Bangladesh di Dhaka pada Kamis.
Bangladesh ingin para pengungsi pulang sesegera mungkin dan para pejabat setempat mengatakan, pekan ini mereka berharap kunjungan menteri itu akan mempercepat pemulangan. Namun, banyak pengungsi mengatakan mereka enggan kembali ke Myanmar yang mayoritas beragama Budha, takut akan penganiayaan.
"Yang paling penting adalah memulai proses pemulangan secepat mungkin. Kita bisa mengatasi semua kesulitan," kata Win Myat Aye saat meninggalkan pertemuan dengan perwakilan Rohingya di kamp Kutupalong.
Ketika ditanya apakah Rohingya dapat diberikan kewarganegaraan Myanmar, yang telah lama ditolak, menteri menjawab, "Kami berusaha untuk mendapatkannya."
Myanmar telah menolak tuduhan pembersihan etnis di negara bagiannya di wilayah barat, Rakhine, mengatakan pasukan keamanannya melancarkan operasi kontra-pemberontakan yang sah pada 25 Agustus sebagai tanggapan atas serangan militan Rohingya.
Pengungsi yang tiba selama berbulan-bulan sejak itu telah melaporkan pembunuhan, pembakaran, penjarahan dan pemerkosaan oleh anggota pasukan keamanan Myanmar dan penegak aturan Buddha.
Myanmar telah memberhentikan sebagian besar laporan tersebut, tetapi militer mengatakan pada Selasa bahwa tujuh tentara telah dijatuhi hukuman 10 tahun penjara dengan kerja paksa, karena berpartisipasi dalam pembantaian 10 pria Muslim Rohingya di sebuah desa pada September.
Kedua negara mencapai kesepakatan pada November untuk memulai pemulangan dalam dua bulan, tetapi belum dimulai, dengan warga negara bagian Rohingya, yang menghadapi pembatasan gerak mereka di Myanmar, masih tiba di Bangladesh.
Polisi Bangladesh dengan seragam kamuflase ditempatkan di sepanjang jalan menuju kamp Kutupalong untuk memberikan keamanan bagi menteri Myanmar.
Polisi berpakaian preman berpatroli dengan berjalan kaki dan memerintahkan kendaraan menjauh dari kantor administrator kamp.
Pondok dari bambu dan terpal plastik akan sedikit menjadi tempat berlindung bagi pengungsi ketika hujan lebat dan badai menghantam Cox's Bazar, dataran rendah berbatasan dengan Myanmar tempat kampung itu berada, ketika musim hujan tiba pada Juni.