Kamis 12 Apr 2018 05:02 WIB

Arab Saudi Ingin Ikut Serang Suriah

Donald Trump menyatakan keinginannya mengirimkan militer ke Suriah.

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Nur Aini
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman
Foto: REUTERS/Charles Platiau
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengatakan bahwa Arab Saudi bisa ikut mengirimkan militer ke Suriah. Pernyataan itu terkait dengan dugaan serangan bahan kimia yang menewaskan sedikitnya 60 orang di wilayah Ghouta timur selama akhir pekan.

"Jika aliansi kami dengan mitra kami membutuhkannya, kami akan hadir," kata Pangeran Mohammed pada konferensi pers dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, mengakhiri kunjungannya selama tiga hari ke Paris.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir telah mengatakan kepada wartawan bahwa sejumlah negara mengadakan konsultasi tentang bagaimana menanggapi serangan senjata kimia di Suriah. Ia juga menyerukan kepada mereka yang bertanggung jawab untuk segera bertanggung jawab.

"Posisi kami adalah bahwa mereka yang bertanggung jawab harus bertanggung jawab dan dibawa ke pengadilan," katanya.

Serangan itu terjadi pada Sabtu (7/4) malam waktu setempat. Menurut Unionof Medical Care Organizations, serangan yang diduga dilancarkan oleh pasukan rezim Suriah itu menewaskan sedikitnya 60 orang dan melukai lebih dari 1.000 orang di beberapa tempat di Douma. Douma adalah sebuah kota di dekat ibu kota, Damaskus.

Ketika ditanya apakah Arab Saudi dapat menjadi bagian dari tanggapan semacam itu, Jubeir menolak berkomentar. "Saya tidak akan masuk ke spekulasi tentang apa yang mungkin atau tidak mungkin terjadi. Namun, yang bisa saya katakan adalah ada diskusi berkaitan dengan opsi yang tersedia untuk menangani masalah ini," katanya.

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada hari Senin (10/4) menjanjikan tindakan yang cepat sebagai tanggapan atas serangan itu. Dia membuka opsi untuk mengirimkan militer AS ke Suriah.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement