REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chief Executive Starbucks Kevin Johnson meminta maaf pada Sabtu (15/4) terkait penangkapan dua pria kulit hitam di sebuah kedai kopi Starbucks Philadelphia pekan lalu. Penangkapan dua pria kulit hitam itu memicu tuduhan rasisme yang dilakukan pegawai Starbucks.
Johnson menyatakan, Starbucks akan menyelesaikan masalah ini hingga tuntas. Ia menjanjikan penyelidikan menyeluruh atas insiden yang videonya sempat viral sejak Kamis (13/4) lalu di kalangan warganet.
Dalam video tersebut, dua orang berkulit hitam ditangkap oleh kepolisian yang diduga dipanggil oleh pegawai Starbucks.
Orang-orang itu dituduh masuk tanpa izin. Tetapi dua pria kulit hitam tersebut mengaku bahwa mereka menunggu seorang teman sebelum memesan. Kendati demikian, Johnson menyatakan kronologi lengkap baru bisa diketahui setelah penyelidikan mendalam
"Video yang direkam oleh pelanggan sangat sulit untuk ditonton dan tindakan di dalamnya tidak mewakili misi dan nilai Starbucks kami," kata Johnson berdalih, seperti dikutip Reuters, Ahad (15/4).
Johnson mengakui bahwa saat dua pria berkulit hitam duduk dan pegawai kemudian memanggil polisi tanpa alasan yang jelas adalah hal yang salah.
"Dasar untuk panggilan ke departemen kepolisian Philadelphia salah." ujar dia.
Video penangkapan itu mendapat kecaman keras dari kalangan warganet pada Starbucks maupun kepolisian.
Melissa DePino, pengunggah video penangkapan, mengatakan staf Starbucsk menelepon polisi karena kedua pria itu tidak memesan apa-apa saat menunggu seorang teman. Dia mengibaratkan bila pelanggan kulit putih yang melakukan kejadian serupa, pelaporan dan penangkapan ini pasti tidak akan terjadi.
Departemen kepolisian di seluruh Amerika Serikat telah dikecam karena kasus rasisme berulang-ulang, misalnya membunuh orang kulit hitam tak bersenjata dan perlakuan tidak menyenangkan pada orang berkulit hitam beberapa tahun terakhir.
Bila insiden ini terbukti merupakan tindak rasisme, hal ini akan menjadi daftar panjang rasisme kepolisian Amerika Serikat.