REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan kepada parlemen Rusia pada Ahad (15/4) bahwa serangan rudal dari negara barat adalah suatu tindakan agresi.
Pertemuan khusus dilakukan terkait serangan oleh Amerika Serikat, Prancis dan Inggris terhadap pemerintah Suriah yang dituduh melakukan serangan gas sepekan yang lalu.
Rusia, yang membantu Assad melawan gerilyawan dan pemberontak yang menentang kekuasaannya, segera mengutuk serangan itu dan menyerukan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB.
"Dari sudut pandang presiden (Assad), ini adalah agresi dan kami sependapat," kata anggota parlemen Sergei Zheleznyak dikutip Kantor Berita Rusia Tass setelah bertemu dengan Assad di ibukota Suriah Damaskus.
Presiden Assad masih melanjutkan tugasnya di Damaskus. Anggota Parlemen Rusia juga mengklaim, Assad memuji sistem pertahanan udara Soviet yang dipakai Suriah. Assad menyebut sistem pertahanan itu cukup membantu menangkal invasi Barat.
"Agresi Tripartit (AS, Inggris, Prancis) terhadap Suriah disertai dengan disinformasi," kata Assad.
Moskow dan Damaskus, kata Assad, selama ini berjuang mengobarkan pertempuran, bukan hanya melawan terorisme tetapi juga untuk melindungi kedaulatan negara.
Kedua negara juga telah menepis laporan dugaan serangan gas. Rusia dan Suriah menuduh Washington menggunakan isu gas kimia sebagai dalih melakukan serangan.
Seorang pejabat senior militer Rusia mengatakan pada hari Sabtu bahwa pertahanan udara Suriah, yang sebagian besar terdiri dari sistem yang dibuat di bekas Uni Soviet, telah mencegah 71 dari 105 rudal AS, Inggris dan Prancis.
"Kemarin kami melihat agresi Amerika. Dan kami mampu menangkisnya dengan rudal Soviet sejak tahun 70-an," kata anggota parlemen Rusia Dmitry Sablin mengutip pernyataan Assad.
Di lain pihak, Departemen Pertahanan AS, Pentagon mengatakan penyerangan itu telah menyerang tiga fasilitas yang dianggapnya senjata kimia yang ditargetkan.
Rusia menyatakan bahwa mereka akan mempertimbangkan untuk memasok S-300 ke sistem rudal udara Suriah setelah adanya serangan AS sebagai bentuk pertahanan. Namun, hal ini belum dibicarakan dengan Assad.
Assad juga menolak mengomentari panggilan oleh Departemen Luar Negeri AS untuk mengakui adanya cadangan senjata kimia Suriah.
Arif Satrio Nugroho