REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Kunjungan yang dilakukan oleh tim penyidik Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) ke lokasi serangan senjata Kimia di Kota Douma kembali tertunda. Penundaan itu dilakukan setelah terdengar tembakan di lokasi tersebut saat tim keamanan PBB terlebih dahulu memasuki Douma, pada Selasa (17/4).
Tim keamanan PBB berada di Douma untuk menilai situasi keamanan di kota itu menjelang kunjungan tim penyidik OPCW. Selain mendengar tembakan, mereka juga bertemu pengunjuk rasa yang menuntut bantuan.
Duta Besar Suriah untuk PBB mengatakan tim OPCW akan memulai pekerjaannya di Douma pada Rabu (18/4), jika tim keamanan PBB menganggap situasi di sana telah aman. Secara terpisah, sebuah sumber PBB mengatakan tim penyidik OPCW mungkin tidak akan datang ke Douma pada Rabu (18/4).
Serangan senjata kimia pada 7 April lalu telah menewaskan puluhan orang di Douma. Serangan ini menyebabkan kelompok pemberontak yang mengendalikan Douma setuju untuk menyerahkan kendali atas kota kepada Pemerintah Suriah.
Pemerintah Suriah dan sekutunya, Rusia, mengatakan serangan itu telah dibuat-buat sebagai alasan untuk membenarkan serangan militer yang diluncurkan oleh Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis ke Suriah pada Sabtu (14/4). Perancis mengatakan sangat mungkin bukti serangan gas beracun telah menghilang sebelum tim OPCW mencapai Douma.
AS menuduh Rusia memblokir akses tim OPCW untuk mencapai lokasi serangan gas beracun. Menurut AS, Rusia atau Suriah mungkin telah merusak bukti-bukti yang ada di lapangan. Moskow membantah tuduhan itu dan justru mengatakan penundaan kerja tim OPCW disebabkan olej serangan rudal AS terhadap Suriah akhir pekan lalu.