REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintah Inggris akan melarang penjualan sedotan dan pengaduk minuman berbahan plastik. Mereka menilai sampah plastik yang dihasilkan dapat merusak laut dan sungai di negara tersebut.
Dalam langkah terbaru untuk mengatasi masalah sampah plastik yang meningkat, Menteri lingkungan Michael Gove mengatakan bahwa penting bertindak sekarang untuk menghilangkan penggunaan sedotan. Selama ini tercatat ada 8,5 miliar sedotan yang dibuang setiap tahunnya. Seperti dilansir The Independent, Kamis (19/4), larangan itu juga mencakup tangkai plastik pada cotton buds.
Plastik sekali pakai dinilai sebagai bencana di laut dan mematikan lingkungan yang berharga serta satwa liar. Sehingga sangat penting untuk bertindak sekarang. "Kami sudah melihat sejumlah kios, bar dan restoran menggunakan piring dan mengurangi penggunaan plastik. Kita semua memiliki peran yang harus dimainkan dalam mengubah ini," ujarnya.
Barang-barang plastik sekali pakai seperti sedotan, pengaduk minuman dan tangkai cotton buds memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan ketika mereka dibuang secara salah setelah digunakan. Maka penjualan barang-barang tersebut akan dilarang di Inggris sebagai bagian dari rencana lingkungan hidup 25 tahun pemerintah, untuk menghilangkan sampah plastik yang dapat dihindari.
Merespons hal ini, Perdana Menteri Inggris Theresa May akan mendesak semua negara Persemakmuran untuk mendaftar ke Perserikatan Persemakmuran Bersih Bersahabat yang baru terbentuk. Mereka diminta mengambil tindakan terkait sampah plastik ini. Seperti mengurangi penggunaan kantong plastik atau langkah lainnya.
Untuk mendorong ini, para menteri akan berkomitmen sebesar 61,4 juta poundsterling untuk meningkatkan penelitian global dan membantu negara-negara lain menghentikan limbah plastik mencemari laut. "Bersama-sama kita dapat melakukan perubahan nyata sehingga generasi mendatang dapat menikmati lingkungan alam yang lebih sehat daripada yang kita temukan saat ini," kata May.