Kamis 19 Apr 2018 18:50 WIB

Pengungsi Rohingya akan Dilatih Membuat Sabun

TDV menarget Rohingya dapat memiliki pekerjaan setelah mereka pulang kampung.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nur Aini
Pengungsi Rohingya di Bangladesh
Foto: BPMI
Pengungsi Rohingya di Bangladesh

REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- Turkiye Diyanet Foundation (TDV) di bawah Direktorat Urusan Agama Turki akan membangun lokakarya produksi dan pembuatan sabun untuk Muslim Rohingya di pengungsian, Cox's Bazar, Bangladesh. TDV datang membawa gagasan tersebut untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi Muslim Rohingya.

"Sehingga mereka (Muslim Rohingya) dapat memiliki pekerjaan setelah mereka pulang ke kampung halaman ketika krisis berakhir. Kami memulai pembangunan lokakarya di camp Kutupalong, Cox's Bazar," kata Deputi Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri TDV, Oguzhan Atsiz, dilansir dari Anadolu Agency, Kamis (19/4).

Ia menerangkan, TDV akan membangun lokakarya produksi sabun untuk Muslim Rohingya. Produksi sabun akan dibuat oleh mereka yang tinggal di pengungsian. Kemudian, sabun akan didistribusikan secara bebas kepada orang-orang untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Program itu akan membuat Muslim Rohingya memiliki profesi. Selain itu, produksi sabun akan berkontribusi untuk memecahkan permasalahan kebersihan yang dihadapi para pengungsi. TDV juga akan membangun sebuah kompleks sosial dan masjid di Bukit Turki yang terletak di wilayah Cox's Bazar.

"Tujuan kami membantu memenuhi kebutuhan sosial dan pendidikan mereka daripada memberi makan orang-orang," ujarnya.

Anadolu Agency melaporkan, TDV telah mengirimkan bantuan kemanusiaan senilai 3,7 juta dolar AS kepada Muslim Rohingya sejak krisis dimulai pada 2012. TDV mensponsori sebanyak 4.134 pelajar Rohingya yang belajar di sekolah-sekolah di Bangladesh, Pakistan, dan Malaysia. TDV juga mendukung 11 siswa Rohingya di Turki.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), orang-orang Rohingya merupakan orang-orang yang paling teraniaya di dunia. Mereka menghadapi rasa takut yang terus meningkat sejak terjadi kekerasan komunal pada 2012. Banyak warga Rohingya yang terbunuh akibat kekerasan komunal.

Sekitar 750 ribu pengungsi yang sebagian besar terdiri atas anak-anak dan perempuan melarikan diri dari Myanmar sejak 25 Agustus 2017. Mereka melarikan diri karena pasukan Myanmar melancarkan tindakan keras terhadap Muslim Rohingya yang menjadi minoritas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement