REPUBLIKA.CO.ID,COX'S BAZAR -- Seorang menteri Myanmar menyatakan prihatin atas keadaan sangat buruk di kampung pengungsi Rohingya di Bangladesh. Dia mengatakan, pemulangan pengungsi Rohingya harus dimulai sesegera mungkin karena musim hujan segera datang.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan kelompok hak asasi manusia menyatakan, serangan tentara Myanmar di bagian barat laut negara itu pada Agustus membuat hampir 700 ribu warga Rohingya lari ke Bangladesh. Sebagian besar dari mereka tinggal di gubuk bambu-plastik tipis dan bertengger di perbukitan di sekitar Cox's Bazar, Bangladesh selatan.
Pengungsi Rohingya itu melaporkan pembunuhan, pemerkosaan, dan pembakaran besar. Amerika Serikat dan PBB menggambarkan penumpasan oleh tentara itu adalah pembersihan suku, yang ditolak Myanmar.
"Melihat adalah percaya dan kami melihat semua orang di kampung itu dalam keadaan sangat buruk," kata Menteri Kesejahteraan Masyarakat Myanmar Win Myat Aye kepada wartawan di kota utama Yangon setelah kunjungan dua hari ke kampung dekat Cox's Bazar tersebut.
"Hal utama kami adalah memulai pemulangan secepat mungkin karena musim hujan sangat dekat dan kami sangat mengkhawatirkan mereka, yang lari ke Bangladesh," katanya.
Myanmar pada Sabtu (13/4) mengatakan telah memulangkan keluarga pertama Rohingya, tetapi Pemerintah Bangladesh dan Badan Pengungsi PBB mengatakan tidak mengetahui pemulangan itu.
Setelah beberapa bulan pembicaraan alot, Myanmar dan Bangladesh pada Januari sepakat menyelesaikan pemulangan sukarela pengungsi dalam dua tahun. Myanmar mendirikan dua pusat penerimaan dan yang dikatakannya kampung sementara di dekat perbatasan untuk menampung kedatangan pertama. Namun, pejabat tinggi PBB, yang baru-baru ini mengunjungi Myanmar, menyatakan bahwa Myanmar belum siap untuk pemulangan pengungsi Rohingya.
Win Myat Aye menyatakan, Rohingya berhak mengajukan permohonan untuk Kartu Bukti Kebangsaan (NVC). Hal itu merupakan bagian dari upaya berkelanjutan pemerintah untuk mendaftarkan kebanyakan warga Rohingya tanpa kewarganegaraan, yang tidak memberi mereka kewarganegaraan.
Ia mengatakan, pemegang NVC akan dapat mendaftar untuk kewarganegaraan di Myanmar, yang sebagian besar penduduknya beragama Buddha, dalam waktu lima bulan sesudah mereka "diteliti menurut hukum".
"Yang berhak menjadi warga negara akan menjadi warga negara," katanya kepada Reuters, tanpa memerinci.
Badan penasihat antarbangsa Myanmar untuk masalah Rohingya memperingatkan musim hujan mendatang dapat membawa kematian besar. Hal itu karena kampung pengungsi di Bangladesh tidak dibangun untuk tahan badai.
Baca juga: Pengungsi Rohingya akan Dilatih Membuat Sabun