Kamis 19 Apr 2018 22:06 WIB

Era Kebebasan Perempuan Arab Saudi

Reformasi Pangeran Mohammad bin Salman dirasakan kaum perempuan Saudi.

Red: Nur Aini
Arab Saudi mencabut larangan perempuan mengemudi
Foto: Independent
Arab Saudi mencabut larangan perempuan mengemudi

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Untuk pertama kalinya dalam 35 tahun, sebuah gedung bioskop akhirnya dibuka di Riyadh. Film Black Panther diputar di sana untuk para undangan. Salah satu hal yang menarik, para penonton bebas memilih tempat duduk, antara khusus laki-laki, khusus perempuan, dan duduk bercampur.

Peristiwa itu merupakan bagian dari rangkaian dari gerakan reformasi Pangeran Mohammad bin Salman. Di tangan calon pewaris takhta Raja Salman ini, Arab Saudi memperlihatkan transformasi paling besar dalam sejarah modernnya, meliputi reformasi ekonomi, sosial, dan agama.  Termasuk di antaranya yang paling jadi perhatian dunia kebebasan bagi kaum perempuan.

Perubahan yang dilakukan putra mahkota berusia 32 tahun ini mengubah secara drastis citra keras Arab Saudi. Meski tentu saja, hal tersebut mendapat perlawanan dari beberapa kelompok garis keras keagamaan. Misalnya, ketika Pangeran Mohammad mengeluarkan sebuah dekrit pada September 2017. Kaum perempuan Saudi yang selama ini dilarang mengemudi, lewat dekrit tersebut diizinkan membawa mobil tanpa harus ditemani walinya.

Dekrit seperti itu segera memunculkan euforia dan optimisme kaum perempuan di sana. Arab Saudi sebelumnya jadi satu-satunya negara di dunia yang melarang kaum perempuannya menyetir.

Dalam kesempatan lain, kaum perempuan Saudi akhirnya juga bisa menikmati pekan mode, yang mengusung rancangan dari Timur Tengah, Brazil, Amerika Serikat, dan Rusia. Label sekaliber Roberto Cavalli dan Jean-Paul Gaultier ikut hadir di sana. Acara catwalk-nya khusus perempuan, serta tak boleh ada kegiatan merekam. Meski demikian, pekan mode tersebut ikut menandai perubahan besar di negara yang dikuasai oleh dogma ultra-konservatif tersebut.

Soal berbusana pun mulai berubah. Kaum perempuan Saudi diberi kebebasan memilih pakaian selain abaya. Dalam wawancara dengan saluran televisi CBS, Pangeran Mohammad mengatakan bahwa kaum perempuan di negerinya tak perlu mengenakan pakaian yang menutup rapat sekujur tubuh, asalkan mereka berpakaian secara sopan.

Dari busana, merambah ke bidang olahraga. Kaum perempuan Saudi kini juga diizinkan melakukan aktivitas fisik di ruang publik. Pemerintah negara tersebut untuk pertama kalinya mengorganisasikan lari jogging bagi perempuan pada awal Maret lalu. Sebuah sejarah yang berbarengan dengan Hari Perempuan Internasional, acara tersebut diikuti oleh lebih dari 1.500 orang.

Tahun depan, para perempuan tersebut juga boleh berpartisipasi dalam lomba maraton internasional di Riyadh. Arab Saudi juga menggelar turnamen bola basket perempuan baru-baru ini, serta jadi tuan rumah turnamen sepak bola perempuan tahun depan. Sejak Juli tahun lalu, pemerintah memperkenalkan pendidikan jasmani bagi para siswi sekolah. Pembukaan sarana-sarana ola hraga bagi perempuan juga mulai mendapat izin.

Dalam kegiatan fisik yang lebih simpel, mulai banyak perempuan Saudi yang berbeda. Jalanan negara tersebut jadi semakin berbeda dibandingkan lima-enam tahun silam, ketika pengawasan terhadap pakaian perempuan diterapkan secara sangat ketat.

Berbagai keputusan tersebut adalah bagian dari rencana reformasi yang dinamai Visi 2030. Sang putra mahkota ingin meningkatkan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja, dari 22 persen menjadi 30 persen pada 2030.

Hal itu diharapkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di sektor swasta, serta mempromosikan pariwisata, demi mengurangi ketergantungan Arab Saudi pada sumber daya migas. Keseriusan Pangeran Mohammad mengubah citra negaranya semakin terlihat dalam perjalanannya ke Paris belum lama ini. Ia mengontrak para ahli dari Prancis untuk membangun gedung opera dan orkestra nasional di Arab Saudi. Lewat kesepakatan tersebut, perusahaan Paris Opera bakal membantu kerajaan Teluk memproduksi musik dan pertunjukan klasiknya sendiri.

Arab Saudi juga mengumumkan akan menyertakan film pendeknya pada festival film Cannes, Prancis, untuk pertama kalinya. Sedangkan dalam lawatan ke Los Angeles, Amerika Serikat, Pangeran Mohammad sempat bertemu pemimpin Walt Disney. Mereka membahas proyek-proyek potensial, serta meninjau kerja sama dalam bidang hiburan dan budaya, termasuk pembuatan film.

Dalam agenda mengembangkan bisnis hiburan ini, masyarakat Saudi dipersiapkan untuk beradaptasi dengan perubahan kebijakan. Pemerintah mengizinkan konser, di mana penonton laki-laki dan perempuan bisa berbaur. Dimulai tahun lalu, ketika sebuah konser mendatangkan Hiba Tawaji, penyanyi perempuan dari Lebanon. Otoritas Hiburan Umum telah mengumumkan akan diselenggarakannya banyak sekali konser dan festival selama tahun ini. Itu berarti dua kali lipat jumlah acara tahun lalu. Diproyeksikan dalam satu dekade ke depan, sektor hiburan ini meraup penghasilan 64 miliar dolar Amerika.

Dalam aspek lainnya, kaum perempuan kini boleh membuka bisnis sendiri, tanpa persetujuan persetujuan suami, ayah, atau saudara laki-laki. Hal itu menandai perubahan besar dari sistem perwalian yang ketat, di mana selama beberapa dasawarsa ini kaum perempuan harus menunjukkan bukti izin dari wali laki-laki, ketika hendak mengurus dokumen pemerintah, bepergian, ataupun mendaftarkan diri ke kelas.

Bulan ini, untuk pertama kalinya kantor penuntut umum Arab Saudi mulai merekrut perempuan untuk jadi penyelidik. Dalam jenjang karier lainnya, 107 ribu perempuan melamar 140 lowongan di bandara dan penjaga perbatasan, yang juga untuk pertama kalinya tersedia bagi mereka.

Begitu dipastikan sebagai putra mahkota, Pangeran Mohammad melonggarkan aturan berbusana bagi perempuan di tempat kerja, serta memperluas peran mereka. Ia juga berusaha memperkecil kesenjangan gaji antara laki-laki dengan perempuan dalam bidang pekerjaan yang sama.

Berangsur meninggalkan pandangan konservatif, penguasa de facto Arab Saudi tersebut menegaskan bahwa perempuan secara mutlak sederajat dengan laki-laki.

"Kita semua manusia. Tak ada perbedaan," katanya dalam wawancara dengan CBS News.

Pangeran Mohammad relatif menggeser kekuatan ulama yang selama ini mendominasi kehidupan masyarakat Saudi. Ia juga cukup berhasil meminggirkan para elite yang berkuasa, lewat serangkaian pembersihan dramatis terhadap para bangsawan, menteri, dan tokoh bisnis. Ratusan orang telah ditahan dalam proses penyelidikan korupsi senilai 100 miliar dolar Amerika.

Meski begitu, hingga kini kaum perempuan tetap terikat oleh berbagai aturan ketat. Undang-undang perwalian, misalnya, memberikan hak kepada kerabat laki-laki untuk mengontrol berbagai aspek kehidupan kaum perempuan. Aturan dilarang keras menari juga masih diterapkan dalam konser 30 Maret lalu.

Hal-hal seperti ini bisa jadi merupakan kompromi penyeimbang dari pemerintah Saudi, saat aneka kebijakan menuju liberalisasi masih berhadapan dengan tentangan sebagian masyarakat yang tidak menyetujuinya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement