REPUBLIKA.CO.ID, WASHINTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Prancis Emmanuel Macron segera menggelar pertemuan pada pekan depan di Gedung Putih. Bahasan rapat kedua kepala negara itu akan berkaitan dengan kesepakatan nuklir Iran.
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan, pertemuan diadakan terkait Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) masih belum rampung. Donald Trump sebelumnya mengatakan jika perjanjian nuklir yang ada saat ini merupakan sebuah kesepakatanterburuk yang pernah dibuat.
Menurutnya, perjanjian itu mengandung sejumlah kecacatan dan harus segera mendapat revisi. AS mengancam akan keluar dari kesepakatan tersebut jika perjanjian itu tidak diperbaiki.
Paman Sam juga mengultimatum tiga negara besar Eropa yakni Inggris, Prancis dan Jerman (E-3) untuk sepakat merevisi kesepakatan tersebut. Kesepakatan yang ditandatangani lima negara adikuasa yang berlaku saat ini meringankan Iran dari sanksi ekonomi.
Baca juga, IAEA: Iran Telah Laksanakan Kesepakatan Nuklir.
"Negara Eropa, terutama E-3 harus bekerja keras untuk memperbaiki sejumlah kekhawatiran penting terkait program rudal Iran, seperti misalnya kekurangan dalam JCPOA dan lain-lain," kata pejabat senior tersebut.
Duta Besar Perlucutan Senjata AS Robert Wood mengatakan, Washington telah melakukan diskusi secara intens dengan tiga negara besar Eropa tersebut menjelang tenggat waktu 12 Mei. Lebih dari tanggal tersebut, sanksi terhadap Iran akan dilanjutkan di bawah revisi kesepakatan yang diminta Presiden Donald Trump.
Pemeirntah Iran mengaku akan tetap berkomitmen pada kesepakatan nuklir yang ada. Hal itu akan terus dilakukan jika semua pihak yang terlibat dalam hal tersebut memberikan komitmen serupa. Iran mengancam akan 'merobek' kesepakatan itu jika AS menarik diri.
"Iran memiliki beberapa pilihan jika AS mengingkari kesepakatan nuklir. Kami akan merespon dengan buruk penarikan diri Amerika dari perjanjian itu," kata Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif.
Komisioner Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Federica Mogherini mengatakan, kesatuan masyarakat internasional dibutuhkan agar kesepakatan nuklir Iran tetap berjalan. Perjanjian itu, dia melanjutkan, yang membuat dunia hingga saat ini terasa lebih aman karena menangkal potensi perang nuklir di kawasan tersebut.
"Sebabnya kami meminta semua pihak terus memberikan komitmennya dalam perjanjian ini," tegas Federica Mogherini.