Ahad 22 Apr 2018 15:21 WIB

Wartawan Tewas Ditembak Saat Siaran Langsung

Wartawan tersebut sedang menyiarkan langsung aksi protes anti-pemerintah Nikaragua

Penembakan  (ilustrasi)
Foto: Reuters/Joshua Lott
Penembakan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MANAGUA -- Seorang wartawan ditembak dan meninggal ketika dia sedang menyiarkan langsung aksi-aksi protes anti pemerintah yang rusuh dari satu kawasan Nikaragua pekan ini, media setempat melaporkan Sabtu (21/4) malam.

Pria itu yang dikenal bernama Angel Gahona sedang melaporkan langsung di kota Bluefields di pesisir Karibia, Nikaragua selatan, ketika sebuah tembakan terdengar dan ia jatuh dengan darah mengalir dari kepalanya, demikian siaran video.

Gahona melaporkan sebuah mesin anjungan tunai yang rusak sementara merekam dengan videonya. Di belakangnya seorang kamerawan membuat film. Surat kabar lokal El Nuevo Diario menyebutkan ia menyiarkan langsung di Facebook.

Tembakan tersebut menghentikan komentarnya, membuat Gahona tersungkur beberapa langkah dari gedung itu. Ia kemudian terbaring dalam posisi tengkurap sementara orang-orang meneriakkan namanya dan bergegas membantu, demikian gambar di video.

Pihak berwenang di Managua dan Lissett Guido, seorang juru bicara Palang Merah di Nikaragua, belum segera dapat memberikan konfirmasi secara independen terkait insiden itu, yang segera menyebar luas di tingkat nasional dan internasional serta di sosial media.

Media Nikaragua menyatakan Gahona, yang digambarkan wartawan dari kawasan itu, meninggal akaibat luka-luka yang dideritanya.

Belum jelas siapa pelaku penembakan itu. Surat kabar Nikaragua La Prensa yang mengutip seorang wartawan lain mengatakan hanya polisi dan kelompok-kelompok yang bentrok dengan para pemerotes bersenjata di sana.

Sebelum insiden itu, Palang Merah menyatakan sedikitnya enam orang telah meninggal sejak protes-protes mulai pada Rabu menentang rencana-rencana pemerintah menaikkan sumbangan pekerja dan pensiun-pensiun yang lebih rendah, menyebabkan krisis bagi Presiden Daniel Ortega.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement