Ahad 22 Apr 2018 16:06 WIB

Arab Saudi Batasi Pesawat Nirawak Setelah Insiden di Istana

Sebuah pesawat nirawak menerobos masuk ke kediaman Raja Salman

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nidia Zuraya
Drone (ilustrasi)
Foto: DEFENCE IMAGES
Drone (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi menginstruksikan agar para penggemar pesawat nirawak (drone) terlebih dahulu meminta izin untuk bisa menerbangkan perangkat tersebut sampai peraturan resmi diselesaikan. Kebijakan ini diumumkan sehari setelah pasukan keamanan menembak jatuh sebuah pesawat tak berawak di dekat istana kerajaan di Riyadh.

Rekaman video amatir menunjukkan ada tembakan keras di Distrik Khozama pada Sabtu (21/3), yang memicu kekhawatiran munculnya kerusuhan politik di negara tersebut. Seorang pejabat senior Arab Saudi mengatakan kepada Reuters, tidak ada korban ketika pesawat tak berawak itu ditembak jatuh dan Raja Salman tidak berada di istana pada saat itu.

Kantor berita SPA melaporkan, pasukan pemeriksaan keamanan telah menemukan sebuah pesawat tak berawak kecil yang terbang tanpa izin. Mereka kemudian menghadapinya sesuai dengan perintah dan instruksi.

Seorang juru bicara Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi mengatakan undang-undang yang mengatur penggunaan pesawat tak berawak saat ini telah berada di tahap akhir. Ia meminta pengguna untuk memperoleh izin polisi jika hendak menggunakan perangkat, untuk alasan tertentu di lokasi yang diizinkan.

Arab Saudi telah mengalami serangkaian perubahan politik radikal selama tahun lalu di bawah perintah Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman. Ia telah memelopori reformasi untuk mengubah perekonomian dan membuka negara itu dalam bidang budaya.

Pemimpin berusia 32 tahun itu menggulingkan sepupunya yang lebih tua sebagai putra mahkota di musim panas lalu. Ia kemudian memenjarakan sejumlah pengusaha senior sebagai bagian dari gerakan anti-korupsi. Ulama terkemuka juga telah ditahan dalam upaya untuk membungkam perbedaan pendapat.

Langkah-langkah itu telah membantu Pangeran Mohammed untuk mengkonsolidasikan posisinya. Di negara tersebut kekuasaan telah dibagi di antara para pangeran senior selama beberapa dekade. Tokoh agama juga melakukan pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan.

Namun kebijakan-kebijakan itu juga memicu spekulasi tentang kemungkinan adanya reaksi pembalasan terhadap Pangeran Mohammed, yang populer di antara populasi pemuda Arab Saudi yang sedang berkembang.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement