Sabtu 28 Apr 2018 13:35 WIB

Petugas Medis: Militer Israel Lukai 600 Warga Palestina

Tentara Israel menghujani massa dengan gas air mata yang ditembakan ke Jalur Gaza

Rep: Rikzyan Adiyudha/ Red: Nidia Zuraya
Warga Palestina berlarian saat tentara Israel menembak dengan gas air mata di Jalur Gaza, Selasa (3/4).
Foto: AP Photo/Adel Hana
Warga Palestina berlarian saat tentara Israel menembak dengan gas air mata di Jalur Gaza, Selasa (3/4).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Militer Israel kembali menembak mati warga Gaza yang tengah melaukan aksi Great March of Return, Jumat (27/4) waktu setempat. Pasukan negara zionis itu melontarkan peluru menembus tubuh tiga warga yang tengah berdemonstrasi.

Militer Israel mengatakan, aksi kali ini diikuti oleh sekitar 12 ribu hingga 14 ribu warga Gaza. Mereka mengklaim demonstrasi yang dilakukan warga merupakan sebuah kerusuhan. Militer kemudian bertindan sesuai dengan perintah untuk menghentikan siapapun yang menerobos perbatasan.

Seorang petugas medis mengatakan dua peserta aksi yang juga terkenal tembakan masih berada dalam kondisi kritis. Tindakan militer itu juga melukai 600 warga Palestina lainnya. Tak hanya menggunakan timah panas, militer Israel juga menembakan gas air mata untuk membubarkan massa.

photo
Demonstran Palestina melambaikan bendera di hadapan tentara Israel di perbatasan Gaza-Israel dekat Beit Lahiya, Rabu, 4 April 2018.

Tentara menghujani massa dengan gas air mata yang dilontarkan dari belakang benteng pertahanan mereka. Gas ditembakan di lima titik berbeda di sepanjang Jalur Gaza. Gas yang ditembakan itu membuat lusinan warga yang berada di kawasan termasuk empat petugas medis terpaksa menjalani perawatan pernapasan.

Merespon tindakan militer yang diambil pasukan Israel, peserta aksi hanya membalas dengan melempar batu dan menggulingkan ban yang dibakar. Namun, leparan batu dan ban yang digunakan peserta aksi tidak dapat menembus dinding pembatas yang didirikan tentara.

Beberapa peserta aksi lainnya juga menempelkan kaleng berisi minyak yang dibakar ke sebuah layang-layang. Benda tersebut kemudian mereka terbangkan ke dalam kawasan yang dicaplok Israel.

Militer Israel selanjutnya melucurkan serangan udara yang membidik enam target kekuatan laut kelompok Hamas. Hal itu dilakukan sebagai balasan atas aksi protes massa yang mencoba menerobos masuk ke dalam kawasan Israel.

Serangan itu menghancurkan dua kapal yang tegah bersandar di pinggiran pantai. Beruntung, serangan pesawat tempur tersebut dilaporkan tidak menimbulkan korban jiwa.

Pemerintah Israel menyalahkan kelompok Hamas atas jatuhnya korban jiwa di Gaza. Israel menuntut tanggung jawab Hamas dan menuding kelompok tersebut telah menggunakan perempuan dan anak-anak Palestina yang tidak berdosa sebagai tameng.

photo
Bentrokan antara massa aksi Palestina dan militer Israel pada Sabtu (31/3) di Jalur Gaza.

"Teroris yang sesungguhnya bersembunyi sambil membiarkan dan beharap waranya akan mati. Ini merupakan perwujudan murni dari iblis," kata Perwakilan Israel dalam Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) Danny Danon.

Hamas kemudian membantah tuduhan yang diajukan Israel. Seorang pejabat Hamas Mushir Al-Masri mengatakan, pernyataan Danon merupakan upaya untuk melarikan diri dari tanggung jawab serta menutup-nutupi eksekusi anak-anak dan orang tak bersenjata oleh tentara penjajah Israel.

Sementara, penembakan itu dilakukan tidak lama berselang setelah Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB pangeran Zeid bin Ra'ad meminta Israel menghentikan penggunaan kekuatan yang berlebihan di sepanjang perbatasan Gaza. Dia juga menuntut tanggung jawab Israel atas jumlah korban tewas dan luka dalam sebulan terakhir.

Dalam empat pekan terakhir, 42 warga Palestina tewas dan lebih dari 5.500 orang terluka di sepanjang perbatasan Gaza. Kementrian Kesehatan Gaza mengungkapkan setidaknya 200 orang terluka akibat peluru yang ditembakan militer Israel. Sebaliknya, tidak ada laporan terkait korban luka atau jiwa dari Israel.

"Kehilangan nyawa sangat menyedihkan, dan jumlah korban luka yang banyak menegaskan bahwa kekuatan yang berlebihan telah digunakan terhadap demonstran - tidak hanya sekali, tidak dua kali, tetapi berulang kali," kata Zeid.

Kementerian Luar Negeri Israel belum menyampaikan komentarnya terkait pernyataan Zeid. Pemerintah telah mengatakan sebelumnya bahwa mereka melakukan tindakan yang diperlukan untuk menghentikan pelanggaran pagar perbatasan.

Menurut Zeid, kematian bisa merupakan pembunuhan yang disengaja dalam konteks pendudukan, pelanggaran serius Konvensi Jenewa Keempat. Meski demikian, peringatan PBB tentang penggunaan kekuatan yang berlebihan tampaknya telah diabaikan oleh Israel.

Mereka hanya bersedia melakukan penyelidikan serius ketika ada bukti video independen. Jika tidak ada, maka tidak ada upaya untuk menerapkan aturan hukum.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement