Senin 30 Apr 2018 14:08 WIB

Puluhan Orang Tewas dalam Dua Ledakan Bom di Kabul

Wartawan kantor berita Prancis turut menjadi korban tewas dalam ledakan di Kabul.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Polisi berlarian di lokasi ledakan kedua di Kabul, Afghanistan, Senin (30/4)
Foto: AP Photo/Massoud Hossaini
Polisi berlarian di lokasi ledakan kedua di Kabul, Afghanistan, Senin (30/4)

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Dua ledakan bom menghantam ibu kota Kabul di Afghanistan pada Senin (30/4) pagi. Ledakan itu menewaskan sedikitnya 21 orang, termasuk seorang fotografer kantor berita Prancis Agence France-Presse (AFP), Shah Marai.

Marai berada di antara sekelompok wartawan yang terjebak dalam ledakan kedua saat mereka tengah melaporkan kejadian ledakan pertama. Ledakan pertama terjadi di daerah Shashdarak, dekat dengan gedung dinas intelijen NDS.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Najib Danish mengatakan empat orang tewas dan lima lainnya cedera dalam ledakan itu. Ia menambahkan, pihak berwenang telah mengirim ambulans ke lokasi kejadian.

Ledakan kedua kemudian terjadi di luar gedung Kementerian Pembangunan dan Perumahan Afghanistan, tepat saat para pegawainya memasuki kantor untuk bekerja. Ledakan tersebut juga dekat dengan sejumlah wartawan yang sedang berkumpul, sehingga beberapa fotografer dan juru kamera terluka.

Melalui akun Twitter resminya, kantor berita AFP mengkonfirmasi kematian Marai dalam insiden tersebut. Seorang fotografer Reuters juga dilaporkan terluka oleh pecahan peluru. Juru bicara Kementerian Kesehatan Masyarakat Afghanistan menyatakan, total ada 21 korban yang tewas dan 27 orang yang terluka.

Serangan tersebut terjadi sepekan setelah sebuah bom meledak di pusat pendaftaran pemilih, yang menewaskan 60 orang. Pejabat keamanan telah memperingatkan risiko meningkatnya serangan menjelang pemilihan parlemen yang direncanakan pada Oktober mendatang.

Kelompok Taliban telah beberapa kali mengklaim bertanggung jawab atas sejumlah serangan. Ratusan orang telah tewas dan terluka dalam serangkaian serangan di ibu kota Kabul sejak awal tahun ini, meskipun Presiden Afghanistan Ashraf Ghani pada Februari lalu telah menawarkan pembicaraan damai tanpa prasyarat.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement