Senin 30 Apr 2018 19:13 WIB

Presiden Korsel: Donald Trump Layak Terima Nobel Perdamaian

Trump dinilai berperan penting dalam KTT dua Korea.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, kiri, dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in berjabat tangan setelah menandatangani pernyataan bersama di desa perbatasan Panmunjom di Zona Demiliterisasi, Korea Selatan, Jumat (27/4).
Foto: Korea Summit Press Pool via AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, kiri, dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in berjabat tangan setelah menandatangani pernyataan bersama di desa perbatasan Panmunjom di Zona Demiliterisasi, Korea Selatan, Jumat (27/4).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in mengatakan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump layak mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian. Ia menilai Trump berperan penting dalam proses terselenggaranya KTT Antar-Korea pekan lalu.

Moon mengatakan, dalam KTT Antar-Korea pekan lalu tercipta kemajuan signifikan menuju perdamaian di Semenanjung Korea. Hal ini karena baik Korsel maupun Korea Utara (Korut) berjanji untuk mengakhiri segala bentuk permusuhan dan provokasi yang telah berlangsung selama beberapa dekade terakhir. Terlebih lagi Korut telah menyatakan kesediaannya meninggalkan program rudal dan nuklirnya.

Ia mengatakan, Trump berperan besar dalam mewujudkan perhelatan KTT Antar-Korea perdana sejak lebih dari satu dekade terakhir. Oleh sebab itu, ia menilai Trump layak mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian.

"Presiden Trump harus memenangkan hadiah Nobel Perdamaian. Yang kami butuhkan hanyalah perdamaian," ujar Moon dalam pertemuan kabinet pada Senin (30/4), dikutip laman the Independent.

KTT Antar-Korea telah digelar di Panmunjom pada Jumat (27/4). Dalam KTT tersebut pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden Korsel Moon Jae-in menandatangani Panmunjom Declaration for Peace, Prosperity, and Unification of the Korean.

Inti dari deklarasi tersebut adalah Korsel dan Korut sepakat untuk memulai rekonsiliasi dan menghentikan segala bentuk provokasi yang dapat memicu peperangan di Semenanjung Korea. Selain itu, Korut menyatakan akan meninggalkan program nuklirnya yang selama ini dianggap sebagai ancaman serius oleh Korsel.

Baca juga: Dua Korea Hentikan Siaran Propaganda di Perbatasan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement