REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Chang-beom di Jakarta, Senin (30/4), menyatakan saat ini terdapat lebih dari 100.000 keluarga di Korea Utara dan Korea Selatan yang masih terpisah dari anggota keluarganya akibat perang Korea. Perang yang dimaksud terjadi pada 1950-1953.
Duta Besar Kim, menyatakan bahwa pertemuan tingkat tinggi antar pemimpin Korut dan Korsel Jumat pekan lalu menghasilkan salah satunya adalah komitmen kedua pemimpin Korea untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan seperti mempertemukan para keluarga yang terpisah akibat Perang Korea 1950-1953.
"Menurut data yang kami miliki di Kementerian Unifikasi ada lebih dari 100.000 keluarga," kata Dubes Kim.
Kedua negara sepakat untuk menggelar pertemuan dengan palang merah kedua Korea untuk membahas dan melanjutkan rencana mempersatukan kembali keluarga Korea yang terpisah itu pada Hari Pembebasan Nasional yang jatuh pada 15 Agustus. "Ini adalah pengulangan dari apa yang pernah kita lakukan sebelumnya. Namun, yang membedakan kali ini adalah komitmen dari pemimpin tertinggi Korea Utara yang berkomitmen untuk melakukan reuni para keluarga yang terpisah," kata Dubes Kim.
Ia berkata, suasana hati warga Korut dan Korsel berubah dari konfrontasi ke dialog, dan dari konflik ke perdamaian. Pemerintah Korsel pun sedang fokus untuk mempersiapkan pertemuan pada Agustus nanti dan berharap bisa melanjutkan program reuni keluarga Korea yang terpisah. Bersatunya kembali keluarga yang terpisah selalu menjadi topik yang emosional.
Dilarang
Selama lebih dari enam dekade, para anggota keluarga yang terpisah dilarang untuk saling berkirim surat, berkomunikasi lewat telepon atau surel, bahkan untuk bertemu. Kedua negara telah beberapa kali mempertemukan keluarga yang terpisah sejak perbatasan dibuka pada 1985. Korut dan Korsel terakhir kali menggelar program reuni keluarga yang terpisah pada 2015.
Pada Senin, Presiden Joko Widodo menerima Dubes Korsel Kim Chang-beom dan Dubes Korut Ang Kwang Il ke Istana Merdeka untuk menjelaskan hasil pertemuan tingkat tinggi Korea. Itu merupakan kali pertama bagi kedua duta besar dipanggil langsung oleh Presiden Joko Widodo.
Dubes Kim menyampaikan kepada presiden salah satu hasil dari pertemuan Antar-Korea adalah deklarasi bersama kedua pemimpin Korut dan Korsel yang menyatakan komitmen mereka untuk mengakhiri perang di Semenanjung Korea, melakukan denuklirisasi dan meredakan ketegangan di kedua negara.
Setelah pertemuan Antar-Korea pada pekan lalu, Presiden Korsel Moon Jae-in dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden AS Donald Trump sebelum dilangsungkannya pertemuan tingkat tinggi Korea-AS, yang kemungkinan digelar akhir Mei atau awal Juni tahun ini.