REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Republik Korea Selatan untuk Indonesia Kim Chang-beom menyatakan apresiasinya terhadap dukungan Indonesia dalam upaya mereka mewujudkan perdamaian di Semenanjung Korea melalui pertemuan tingkat tinggi Korea. "Terima kasih dan apresiasi yang dalam kepada Presiden Jokowi dan rakyat Indonesia atas dukungan kuat mereka dan sambutannya terhadap proses perdamaian di Semenanjung Korea," kata Dubes Korsel Kim Chang-beom di Jakarta, Senin (30/4).
Dubes Kim mengatakan tanpa dukungan yang kuat dari dunia internasional, pertemuan tingkat tinggi antarkedua pemimpin Korut dan Korsel yang berlangsung di Panmunjeom, perbatasan Korea pada Jumat (27/4) tidak akan mungkin terjadi. "Pertemuan Antar-Korea itu pun telah meletakkan fondasi yang kuat untuk memulai tahun-tahun baru dalam upaya meraih perdamaian abadi di Semenanjung Korea dan unifikasi kedua Korea," kata Dubes Kim.
Pada Senin, Presiden Joko Widodo memanggil Dubes Korsel Kim Chang-beom dan Dubes Korut Ang Kwang Il ke Istana Merdeka untuk melaporkan hasil pertemuan tingkat tinggi Antar-Korea. Itu merupakan kali pertama bagi kedua duta besar dipanggil Presiden Joko Widodo untuk duduk bersama.
Dubes Kim menyampaikan kepada presiden salah satu hasil dari pertemuan Antar-Korea adalah deklarasi bersama kedua pemimpin Korut dan Korsel yang menyatakan komitment mereka untuk mengakhiri perang di Semenanjung Korea, melakukan denuklirisasi dan meredakan ketegangan di kedua negara. Setelah pertemuan Antar-Korea pada pekan lalu, Presiden Korsel Moon Jae-in dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden AS Donald Trump sebelum dilangsungkannya pertemuan tingkat tinggi Korea-AS, yang kemungkinan digelar akhir Mei atau awal Juni tahun ini.
Selain itu, Korut dan Korsel dijadwalkan menggelar sejumlah pertemuan tingkat tinggi setelah pertemuan di Panmunjom untuk membahas lebih lanjut deklarasi yang dicapai kedua negara. Pertemuan antar-Korea itu menjadi dialog tingkat tinggi pertama antara Korsel dan Korut setelah 2007.
Untuk pertama kali pula dalam sejarah, pemimpin Korea Utara melintasi garis demarkasi di perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan untuk menghadiri pertemuan tingkat tinggi antar-Korea di Zona demilitarisasi Korea. Dua pertemuan Antar-Korea sebelumnya, yaitu pada 2000 dan 2007, dilakukan di Pyongyang, Korut.