REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Delegasi Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) akan mengunjungi kamp-kamp pengungsian Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh, pada Jumat (4/5). Rencana tersebut diungkapkan Menteri Luar Negeri Bangladesh Abdul Hasan Mahmood Ali dalam konferensi pers pada Kamis (3/5).
Para perwakilan negara-negara anggota OKI akan pergi ke Cox's Bazar sehari sebelum memulai pertemuan OIC Council of Foreign Ministers (OIC-CFM) ke-45 di Dhaka, pada Sabtu (5/5). Acara yang akan diselenggarakan di Bangabandhu International Conference Centre (BICC) tersebut akan dibuka oleh Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina.
Mahmood Ali mengatakan, krisis Rohingya akan menjadi salah satu fokus utama dalam konferensi karena akan ada sesi khusus mengenai masalah tersebut. Pertemuan itu akan menawarkan kesempatan bagi OKI untuk menunjukkan solidaritas mereka pada konflik yang dialami etnis Muslim Rohingya yang tidak memiliki kaitan dengan ketegangan yang banyak terjadi saat ini di Timur Tengah.
Sejak krisis Rohingya muncul, OKI telah mempelajari isu tersebut dan mendesak Myanmar serta komunitas internasional untuk menyelesaikannya. Pandangan OKI akan penganiayaan yang dilakukan tentara Myanmar sama dengan pandangan PBB, yaitu sebagai bentuk pembersihan etnis.
Dalam pertemuan OIC Contact Group on Rohingya Muslims of Myanmar yang diadakan di sela-sela Sidang Umum PBB pada 2017, OKI menyerukan agar Myanmar segera menghentikan kekerasan terhadap Rohingya. OKI juga meminta pemerintah Myanmar untuk mengembalikan kewarganegaraan warga Rohingya yang telah dibatalkan pada 1982.
Pada Januari tahun ini, Independent Permanent Human Rights Commission dari OKI telah mengunjungi kamp-kamp pengungsian Rohingya di Cox's Bazar dan melihat sendiri situasinya. Laporan komisi tersebut akan diserahkan bersama dengan rekomendasi dalam pertemuan OIC-CFM.
Rekomendasi yang diberikan adalah pemulangan para pengungsi Rohingya yang aman dari Bangladesh ke Myanmar. Pengungsi juga perlu diberi jaminan keamanan dan akses terhadap mata pencaharian.
Lebih dari 550 perwakilan dari 57 negara anggota OKI dan perwakilan organisasi internasional, termasuk sekitar 40 menteri, diperkirakan akan bergabung dalam acara OIC-CFM yang akan berlangsung selama dua hari. Menteri Luar Negeri Kanada dan utusan khusus Perdana Menteri Kanada untuk Myanmar, Bob Rae, juga akan hadir di konferensi itu.
Tema pertemuan OIC-CFM tahun ini adalah 'Nilai-Nilai Islam untuk Perdamaian, Solidaritas, dan Pembangunan Berkelanjutan'. Dilansir di Dhaka Tribune, dengan diselenggarakannya OIC-CFM ke-45, maka kepemimpinan CFM akan berpindah dari Pantai Gading ke Bangladesh untuk satu tahun ke depan.