REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump agar tidak menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran atau dikenal dengan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Menurut Guterres, Timur Tengah akan menjadi tempat yang lebihberbahaya tanpa adanya kesepakatan tersebut.
"Jika suatu hari ada kesepakatan yang lebih baik untuk menggantikannya (JCPOA) , itu baik-baik saja. Tetapi kita tidak boleh membongkarnya kecuali kita memiliki alternatif yang lebih baik," ujar Guterres ketika diwawancara BBC Radio 4, dikutip laman the Guardian, Kamis (3/5).
Guterres menilai JCPOA layak untuk dipertahankan. "Saya percaya JCPOA adalah kemenangan diplomatik yang penting dan saya pikir akan penting untuk mempertahankannya. Tapi saya juga percaya ada area di mana akan sangat penting untuk memiliki dialog yang bermakna karena saya melihat kawasan ini dalam posisi yang sangat berbahaya", katanya menerangkan.
Ia menyoroti potensi pecahnya konflik antara Israel dengan Iran. "Kita perlu melakukan segalanya guna menghindari risiko (pecahnya konflik) tersebut," ucap Guterres.
Presiden AS Donald Trump disebut-sebut akan menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran. Namun, keputusan resmi apakah AS bertahan atau hengkang dari kesepakatan tersebut akan diumumkan Trump pekan depan.
Sejak menjabat sebagai presiden AS, Trump memang telah mencela kesepakatan nuklir Iran. Ia menganggap kesepakatan tersebut adalah sebuah kesalahan besar yang dilakukan pada era pemerintahan Barack Obama.
Trump pun telah berulang kali memperingatkan bahwa AS akan hengkang dari kesepakatan tersebut. Ia mengklaim Iran telah melanggar kesepakatan dengan mengembangkan senjata nuklir berbahaya.
Kesepakatan nuklir Iran ditandatangan iIran bersama Prancis, Inggris, AS, Jerman, Cina, Rusia, dan Uni Eropa pada Oktober 2015. Kesepakatan itu mulai berlaku atau dilaksanakan pada 2016.
Kesepakatan tersebut tercapai melalui negosiasi yang panjang dan alot. Tujuan utama dari kesepakatan itu adalah memastikan bahwa penggunaan nuklir oleh Iran hanya terbatas untuk kepentingan sipil, bukan militer. Sebagai imbalannya, sanksi ekonomi dan embargo yang dijatuhkan terhadap Teheran akan dicabut.