REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Sebuah tambang permata di utara Myanmar runtuh. Hancurnya tambang tersebut menewaskan sedikitnya 14 orang. Inisiden tersebut sekaligus menambah daftar panjang kecelakaan dalam industri tambang di Myanmar.
Peristiwa terjadi pada Jumat (4/5) waktu setempat. Saat itu para pekerja tambang di Desa Wai Hka sedang membersihkan lokasi tambang dari tumpukan puing-puing sisa penambangan permata yang akan dibuang.
"Saya hampir tidak bisa menyelamatkan diri dari reruntuhan tanah yang telah menewaskan pekerja lainnya," kata salah seorang penambang Min Naung (30).
Sementara, hingga saat ini belum diketahui penyebab rutuhnya tambang itu. Otoritas setempat masih melakukan penyelidikan terkait hal tersebut. Tambang runtuh hingga menewaskan pekerja belakangan kerap terjadi di Myanar.
Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi berjanji akan menerapkan kontrol yang lebih ketat. Hal tersebut diucapkan Suu Kyi setelah longsor tambang permata di negara bagian Kachin yang menewaskan 100 orang pada 2015 lalu.
Kelompok advokasi lingkungan Global Witness menempatkan nilai produksi batu permata di Myanmar mencapai sekitar 31 miliar dolar Amerika pada 2014 lalu. Namun, para ahli mengatakan sebagian besar batu berharga itu diselundupkan ke Cina.